Tim Ombudsman Republik Indonesia (ORI) melakukan monitoring terkait pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) di sejumlah rayon, termasuk Universitas Negeri Semarang (Unnes). Monitoring dilakukan di kampus Sekaran, Selasa (20/3).
Tim terdiri dari Budi Santoso sebagai ketua, Nugroho Andiyanto, dan Timpal Simanjuntak. Mereka diterima oleh Rektor Prof Sudijono Sastroatmodjo, Pembantu Rektor Bidang Akademik Agus Wahyudin MSI, Ketua Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Profesi (LP3) Prof DYP Sugiharto, dan pimpinan terkait.
Ombudsman yang berkantor pusat di Jakarta Selatan, Jl. HR Rasuna Said Kav C-19 Kuningan (Gedung Pengadilan TIPIKOR) mempunyai lima kantor perwakilan, yakni Wilayah D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah yang kantornya bertempat di Yogyakarta, Wilayah Jawa barat di Bandung, Wilayah NTT dan NTB di Kupang, dan Wilayah Sulawesi Utara dan Gorontalo di Manado. Selain itu, Wilayah Sumatera Utara dan Nangroe Aceh Darussalam berada di Medan.
Budi mengatakan, lembaga ini bersifat mandiri, tidak memihak, mendorong dan membantu masyarakat yang menggunakan sarana publik dalam mencari pemecahan untuk setiap permasalahannya.
“Terkait dengan pelaksanaan sertifikasi guru, kami ingin tahu bagaimana pelaksanaannya mulai dari proses awal sampai dengan guru tersebut dinyatakan lulus sertifikasi. Setelah itu, kami juga ingin tahu kinerja guru tersebut setelah menyandang sertifikat pendidik,” katanya.
Budi mengatakan, monitoring ini menjadi data untuk bahan laporan. “Hal ini kami lakukan untuk menindaklanjuti adanya laporan dari perwakilan guru ke kami, mewakili ribuan guru di wilayah Jawa Timur karena banyak yang tidak lulus sertifikasi,” ujarnya.
Prof Sudijono mengatakan, Unnes menyiapkan data apapun yang akan dibutuhkan. “Unnes sangat transparan, tidak ada yang ditutup-tutupi dalam melaksanakan PLPG, karena itu sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan dari Jakarta,” ujarnya.
Rektor berharap, melalui keterbukaan informasi yang diusung Unnes, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada siapa pun yang hendak mengakses segala hal terkait universitas konservasi ini. “Seiring pesatnya laju informasi, tidak ada lagi yang perlu ditutupi. Dengan pemaksimalan IT di universitas konsevasi, segala informasi dapat diakses dengan cepat,” kata Prof Sudijono.