Film berjudul Nasi, karya Tries Supardi, Sutradara Dhaifina, meraih penghargaan film pendek terbaik. Film ini menceritakan seseorang yang mengalami phobia. Seorang yang mempunyai ketakutan yang amat besar terhadap benda atau apapun yang ia takuti. Rasa takut itu tidak bisa ia lawan bahkan untuk menenangkan dirinya sendiri.
Kiriman email elektronik ke unnes.ac.id (24/12), diceritakan dalam film ini, seorang phobia bernama Iwed perempuan berusia 20 tahun. Iwed yang phobia atau merasa sangat takut apabila dirinya harus melihat Nasi. Nasi baginya adalah sebuah hal yang sangat menakutkan. Dhaifina memberikan gambaran sebuah ketakutan yang sangat luar biasa, yang dialami Iwed sebagai tokoh utama.
Ketakutan atau phobia yang dialami Iwed divisualkan dalam gambar yang menakutkan, yaitu sosok jubah hitam, sosok jubah putih, badut, bayangan wayang, syetan, dan penjahat pembawa pedang. Sosok itu semua dikemas menjadi sebuah ketakutan yang dialami Iwed dalam phobianya.
Sutradara ingin memberikan pemahaman bahwa, seorang yang mengalami phobia mempunyai ketakutan yang luar biasa, dan tidak seperti ketakutan semestinya. Halusinasinya amatlah tinggi, dan semua itu hingga membuatnya tak sadarkan diri bahkan gila.
Banyak kejutan yang terdapat dalam film yang berdurasi delapan menit ini, dan masuk dalam katagori film pendek. Kejutan-kejutan tersebut muncul ketika Iwed berlari-lari untuk menghindari sosok yang begitu menyeramkan baginya. Muncul tiba-tiba, ditambah dengan efek suara yang membuat dramatis suasana.
Selain kejutan-kejutan yang disajikan, film ini pun mempunyai alur cerita yang agak sulit dipahami jika hanya dengan menonton satu kali, butuh beberapa kali putaran agar bisa memahami dan mengerti maksud di film tersebut. Berat dan sedikit absurd memang, itulah yang menguatkan dalam film Nasi karya Dhaifina tersebut.
Tries Supardi, penulis cerita memang mempunyai pemahaman kuat dalam alur cerita. Tries mengalami dan memahami betul seseorang yang mengalami phobia. Film yang diproduksi LFUI CinemArt Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Semarang (Unnes), ditayangkan saat workshop yang diadakan komunitas pencinta film di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Unnes.
Film ini meraih kategori film pendek terbaik, dikarenakan ide ceritanya yang simple, menarik, dan tidak terpikirkan oleh pegiat film lainnya atau orang banyak. Selain dari ide ceritanya, gambar yang ditampilkan pun begitu bagus. Posisi kamera yang dihidangkan pun luar biasa, serta tokoh dan setting yang sangat mendukung ketegangan yang ada.
Film ini begitu menarik untuk ditonton dalam durasi yang singkat. Apabila diolah menjadi film besar, pasti akan sangat bagus dan lebih menarik. Ketika menonton film ini dengan durasi sesingkat itu, amatlah tanggung dan kurang greget. Itulah yang membuat lemah film ini dan menjadikan harapan lebih dari film tersebut.
keren idenya….mantap…sukses selalu…
waw… subhanallah… mantaaaabb 😀