Setelah melalui persaingan ketat, akhirnya Naela Hidayatul Mukaromah dari Ponpes Durrotu Aswaja, Banaran Semarang menyandang gelar Duta Santri Nasional 2018. Santriwati yang juga mahasiswa aktif Jurusan Bahasa Inggris Universitas Negeri Semarang (UNNES) ini, sukses mengumpulkan nilai tertinggi dalam babak grand final yang digelar mengiringi peringatan Harlah ke-68 Fatayat NU di Gedung Wana Bhakti Yasa Yogyakarta, Minggu (29/4).
“Tidak menyangka. Syukur alhamdulillah. Soalnya peserta lain tampil bagus-bagus,” tutur Naela saat dijumpai usai pemilihan.
Babak grand final ini diawali penampilan 20 semifinalis yang sebelumnya terpilih melalui babak penyisihan di Multipurpose UIN Sunan Kalijaga, Kamis (26/4). Selanjutnya, dari 20 semifinalis dipilih enam finalis, terdiri dari tiga santri dan tiga santriwati.
“Mereka berhasil lolos dari tiap babak yang pada awalnya diikuti total 165 peserta,” ungkap Ketua PW Fatayat NU DIY, Khotimatul Husna.
Penilaian meliputi keseharian masa karantina, keaktifan, forum diskusi terbatas hingga seleksi babak semifinal. Akhirnya setelah melalui serangkaian seleksi, terpilihlah 6 finalis. Keenam finalis tesebut akan menghadapi pertanyaan dari sejumlah tokoh seperti GKR Mangkubumi, Ketua PB Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) kh Abdul Ghofar Rozin, Ketua PBNU KH Imam Azis, Wakil Ketua PWNU DIY KH Habib Syakur serta Nyai Hj Ida Fatimah Zainal.
Juara I santri diraih Yusuf Erricks dari Ponpes Ar Raudlotul Hasanah Medan, juara I santriwati diraih Naela Hidayatul Mukaromah dari Ponpes Ponpes Durrotu Aswaja Banaran Semarang, juara II santri diraih M Ihsan Kamalussaman dari Ponpes Attawabin Depok Jawa Barat, juara II santriwati diraih Nailiya Magfiroh dari Ma’had Aly Hasyim Asyari Tebuireng Jombang, juara III santri diraih M Kholid asal Ponpes Darullughowa Dakwah Pasuruan dan juara III santriwati diraih Khusnul Khotimah dari Ponpes Al-Ittihad Cianjur.
Ketua PB RMI, KH Abdul Ghofar Rozin menambahkan, peran dan keberadaan pesantren saat ini semakin penting. Dari 28 ribu pesantren di Indonesia, 23 ribu lebih diantaranya berada dibawah NU. Banyaknya pesantren ini, membuktikan potensi yang dimiliki lembaga keagamaan ini sangat strategis, “Apalagi santri makin menemukan momentumnya. Termasuk penetapan Hari Santri Nasional (HSN) yang mengakui eksistensi santri di negeri ini,” ungkap Gus Rozin.
(Abd. Aziz – Student Staff)