Kapankah kita menggapai magfirah? Haruskah untuk meminta dan mendapatkan ampun dari Allah Yang Mahabesar menunggu setahun?
Pertanyaan bernada menggugat terhadap tema yang terpampang di back drop kegiatan disampaikan oleh Dr KH Fadlolan Musyaffa’ Lc MA di awal ceramahnya pada Tarawih Keliling Badan Amalan Islam (BAI) Jawa Tengah, Kamis (26/7) malam, di auditorium kampus Sekaran. Maklumlah, tema yang diangkat pada putaran ke-7 itu “Menggapai Magfirah di Bulan Ramadan”.
Sebelumnya, jamaah yang memenuhi gedung pertemuan terbesar di kampus Sekaran itu menunaikan salat isya, tarawih, dan witir dengan imam Isa Ansyori. Adapun Rektor Unnes Prof Sudijono Sastroatmodjo selaku tuan rumah menyampaikan sambutan singkat.
“Untuk mendapatkan ampun, kita tak perlu menunggu hingga setahun. Tak perlu menunggu kehadiran Ramadan, meski Ramadan merupakan waktu yang sangat baik untuk memohon ampun. Semestinya kita senantiasa ingat kepada Allah dan segera minta ampun atas segala dosa kita,” terang Kiai Fadlolan yang mengaku mengkhidmati fikih di Mesir selama 14 tahun itu.
Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang ini kemudian menerangkan perbedaan antara kalangan penegak fikih dan kaum sufi dalam memandang ibadah, surga, dan Allah. “Orang fikih cenderung memandang ibadah dari sah dan rukunnya. Dengan beribadah, mereka akan mendapatkan ganjaran berupa surga. Sebaliknya bagi kaum sufi, beribadah bukan sekadar untuk masuk surga. Sederhananya, orang fikih mencari surga, sedangkan orang sufi mencari Tuhan,” katanya.
Bagi orang sufi, lanjut Kiai Fadlolan, yang diupayakan adalah menghadirkan hati dalam salat. “Jadi, salat bukan sekadar bergerak seperti orang yang sedang senam namun tanpa kehadiran hatinya,” katanya.
Sang kiai kemudian mengibaratnya pencarian itu antara ladang dan pemilik ladang. “Mana yang kita cari dan kita anggap lebih penting? Mencari pemiliknya atau cukup dengan ladangnya sehingga yang didapat paling banter hanya krai, timun, atau semangka,” katanya.
Sebelumnya, Rektor Prof Sudijono memohon doa restu kepada jamaah atas hampir 35.000 mahasiswa dan tak kurang dari 1.800 dosen-tenaga kependidikan Unnes. “Alhamdulillah, dari waktu ke waktu kepercayaan masyarakat terhadap Unnes meningkat yang ditandai oleh tingginya animo menjadi mahasiswa baru Unnes. Tahun ini, lewat beberapa jalur seleksi, 65.000 lebih lulusan SMA dan sederajat yang ingin masuk Unnes,” katanya.
Di sisi lain, Unnes juga terus mengutamakan komitmen untuk menyediakan 20% jumlah bangku kuliahnya bagi warga yang tidak beruntung secara ekonomi. “Insya Allah, tahun ini 1.600 lebih mahasiswa baru Unnes bebas dari segala biaya kuliah,” katanya.
Seusai tarawih diadakan donor darah oleh Unit Tranfusi Darah Cabang PMI Kota Semarang. Dari kegiatan itu diperoleh 28 kantung darah.