Semarang, 21 Oktober 2025 — Universitas Negeri Semarang (UNNES) kembali memperkuat kiprah akademik internasionalnya melalui kegiatan Mini Talk bersama mahasiswa Universiti Teknologi MARA (UiTM), Malaysia. Kegiatan yang dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom ini menghadirkan pembicara Dr. Ellianawati, dosen Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNNES, dengan topik “Artificial Intelligence (AI) in Education: Benefits, Challenges, and Ethical Considerations.”
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian kerja sama riset kolaborasi internasional skema Matching Grant Luar Negeri yang melibatkan enam universitas dari enam negara, di mana UiTM Malaysia menjadi salah satunya. Riset kolaborasi ini diketuai oleh Dr. Ellianawati dan memperoleh pendanaan dari DPA Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNNES Tahun 2025. Program ini bertujuan memperkuat sinergi penelitian lintas negara dalam bidang pendidikan sains, teknologi, serta pengembangan literasi etika digital di era kecerdasan buatan.

Peserta Mini Talk merupakan mahasiswa program studi Pendidikan Matematika UiTM yang sedang menempuh mata kuliah STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) dan STS (Science, Technology, and Society) di bawah bimbingan Prof. Dr. Sharipah Ruzaina Syed Aris. Kegiatan ini menjadi wahana akademik interaktif lintas negara yang menghubungkan isu-isu ilmiah dengan nilai kemanusiaan dan tanggung jawab etika ilmuwan masa depan.
Dalam presentasinya bertajuk “Science and Ethics in the Age of Artificial Intelligence”, Dr. Ellianawati memaparkan perkembangan AI sejak era 1950-an hingga kini. Ia menjelaskan bahwa munculnya algorithmic bias terjadi karena sistem AI belajar dari data manusia yang sering kali memuat bias sosial. Salah satu contoh yang disorot adalah penelitian Joy Buolamwini dari MIT Media Lab yang menemukan bahwa perangkat pengenalan wajah dari perusahaan besar seperti IBM dan Microsoft lebih sering gagal mengenali wajah perempuan dan berkulit gelap. Penelitiannya berjudul “Gender Shades” menjadi tonggak penting dalam kesadaran global tentang keadilan algoritmik.
Topik lain yang menarik perhatian peserta adalah privasi data dan konsep “data shadow” — yaitu jejak digital tak terlihat yang ditinggalkan pengguna teknologi dalam setiap aktivitas daring. Dr. Ellianawati menegaskan bahwa “Your data shadow is like your digital fingerprint — invisible, permanent, and powerful. If you don’t protect it, someone else will use it to shape your world.” Pesan tersebut menjadi pengingat kuat bagi mahasiswa untuk lebih bijak dalam menjaga keamanan informasi pribadi di dunia maya.
Diskusi juga menyinggung etika dalam rekayasa genetika, termasuk kasus ilmuwan Tiongkok Dr. He Jiankui yang mengedit gen bayi manusia menggunakan teknologi CRISPR tanpa persetujuan etis yang sah. Kasus ini disebut sebagai contoh ekstrem bagaimana sains tanpa etika dapat mengancam esensi kemanusiaan.
Sesi diakhiri dengan kuis interaktif dan diskusi reflektif mengenai etika AI dan tanggung jawab ilmiah, yang diikuti secara antusias oleh mahasiswa UiTM. Melalui kegiatan Mini Talk ini, UNNES dan UiTM tidak hanya memperkuat jejaring riset internasional, tetapi juga menumbuhkan kesadaran kritis, tanggung jawab etika, dan literasi digital di kalangan mahasiswa lintas negara. Inisiatif ini sejalan dengan visi UNNES sebagai Universitas Berwawasan Konservasi dan Bereputasi Internasional, yang berkomitmen menjadikan ilmu pengetahuan sebagai sarana mencerdaskan kehidupan sekaligus menjaga nilai-nilai kemanusiaan.





