What separates developing countries from developed countries is as much a gap in knowledge as a gap in resources (Joseph Stiglitz)
Salah satu ciri yang dimiliki negara maju adalah menguasai ilmu pengetahuan (sains). Penguasaan ini tentu tidak dapat diperoleh secara instan. Untuk mencapainya, sains perlu dikenalkan sejak dini. Adalah perlu untuk membuat sains itu menarik, sains itu menyenangkan, sains itu menakjubkan sehingga semakin banyak orang awam, anak-anak, remaja yang tertarik pada sains. Semakin banyak lulusan SMA yang tertarik dengan jurusan-jurusan sains dasar seperti di FMIPA.
Untuk itu, sains perlu diangkat menjadi sesuatu yang lebih memasyarakat. Tidak bisa dipungkiri, masyarakat seringkali menilai kimia itu identik dengan bom, identik dengan bahan-bahan sintetik yang berbahaya dan berracun. Atau, mempelajari matematika itu tidak ada manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Persepsi-persepsi seperti ini harus dijauhkan dari masyarakat agar sains tidak menjadi momok menakutkan. Topik-topik sains yang aktual, ringan, menghibur perlu diangkat ke masyarakat dengan kemasan yang menarik dan memancing rasa penasaran. Mengkaitkan peristiwa-peristiwa aktual dengan fenomena-fenomena sains juga perlu disampaikan. Dengan demikian, persepsi yang ada adalah bahwa belajar sains itu menyenangkan dan keren, mempelajari sains bukan kutu buku, kepala botak, kaca mata tebal, dan berkutat hanya di laboratorium.
Adalah tugas universitas dengan dosen-dosen didalamnya untuk lebih mempromosikan sains. Untuk membuat masyarakat lebih dekat dengan sains, dengan pola pikirnya yang kritis dan analitis. Mempromosikan sains bukan hanya mengabarkan hasil-hasil riset terbaru. Tetapi lebih dari itu menumbuhkan rasa keingintahuan yang lebih besar tentang alam sekitar. Jadi, kalau selama ini dosen atau peneliti hanya didorong untuk menerbitkan tulisan di jurnal-jurnal ilmiah saja – lengkap dengan insentifnya – perlu juga adanya dorongan untuk menyampaikan hasil risetnya ke masyarakat yang lebih luas dengan berbagai media. Kabarkan hasil-hasil penelitian melalui media massa, ke sekolah-sekolah, pesantren-pesantren, komunitas, dan juga pada para pengambil kebijakan. Tentunya dengan penyampaian yang sesuai dengan audiensnya. Menyampaikan hasil penelitian kepada publik merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban, terlebih lagi kalau dana penelitian bersumber dari publik (negara). Hal ini sejalan dengan semangat sains terbuka (open science) yang secara konseptual merupakan gerakan untuk menjadikan penelitian ilmiah – termasuk publikasi, data, sampel, dan software – lebih transparan dan mudah diakses (Wikipedia). Untuk dapat menyampaikan sains dengan baik, saintis atau peneliti perlu memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Jika perlu, ada orang-orang yang menerjemahkan bahasa ilmiah ke dalam bahasa yang popular, karena tidak semua saintis adalah komunikator yang baik. Agar pesan yang hendak disampaikan utuh dan dapat dimengerti dengan baik oleh masyarakat.
Masyarakat yang melek sains pasti tidak akan mudah termakan isu-isu yang menyesatkan yang biasanya disampaikan dengan cara yang seolah-olah ilmiah. Dan, jangan sampai panggung sains yang seharusnya bersifat akademis diambil alih oleh para selebritas yang tidak jelas latar belakang keilmuannya, sebagaimana yang viral beberapa waktu lalu.
Di era digital saat ini, salah satu cara yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi adalah melalui internet. Oleh karena itu, dalam konteks FMIPA pemanfaatan website dan akun-akun media sosial resmi fakultas perlu dimaksimalkan sebagai media untuk menyampaikan hasil-hasil penelitian yang dilakukan civitas akademika FMIPA, selain juga kajian-kajian sains yang aktual. Tentunya dengan bahasa yang dapat dijangkau semua kalangan, ringkas namun utuh, misalnya dalam bentuk tulisan singkat, video pendek, atau info grafis. Cara ini bisa menjadi jembatan untuk mendekatkan institusi dengan masyarakat luas termasuk para calon mitra kerjasama. Secara tidak langsung, ini merupakan media promosi yang baik untuk menaikkan reputasi institusi.
Nothing in science has any value to society if it is not communicated (Anne Roe)
Mohammad Alauhdin, S. Si., M. Si., Ph. D. adalah dosen Jurusan Kimia yang telah menempuh studi doktoral di The University of Nottingham, Inggris. Bidang riset yang digelutinya meliputi membran, polymer synthesis, supercritical CO2, dan trace analysis. Sejumlah penelitian yang dihasilkannya telah dipublikasikannya baik di jurnal nasional maupun jurnal internasional bereputasi. Saat ini penulis aktif sebagai anggota Gugus Kerja Sama FMIPA UNNES dan anggota di beberapa organisasi profesi. |