Ratusan warga UNNES padati area Kampung Budaya, Kampus UNNES Sekaran pada Jumat (14/06/2024). Mereka antusias terhadap pementasan “Cakra Manggilingan” yang ditampilkan oleh dosen, tendik, dan mahasiswa UNNES.
Pementasan seni ini menggabungkan berbagai bentuk elemen seni dalam satu panggung dengan menampilkan perpaduan harmonis antara wayang kulit, wayang golek, drama tari, musik, peragaan busana, hingga wushu.
Wakil Rektor IV Bidang Kerja Sama, Bisnis, & Hubungan Internasional UNNES, Prof. Dr. Nur Qudus, M.T., IPM. berharap kegiatan tersebut semakin menguatkan visi UNNES sebagai kampus konservasi khususnya konservasi seni dan budaya.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari Dies Natalis ke-59 UNNES. Ini merupakan bagian dari upaya UNNES untuk terus mendukung pelestarian seni dan budaya di Indonesia,” ungkap Prof. Nur Qudus.
Ketua Panitia Dies Natalis ke-59, Prof. Dr. Wirawan Sumbodo, menyatakan pementasan “Cakra Manggilingan” merupakan kolaborasi seni yang unik, mengusung tema tentang siklus kehidupan dan kebijaksanaan.
“Cakra Manggilingan sendiri diambil dari filosofi Jawa yang menggambarkan roda kehidupan yang terus berputar, mengajarkan nilai-nilai kearifan lokal yang mendalam,” ujar Dekan Fakultas Teknik UNNES itu.
Pertunjukan menghadirkan tiga dalang mahasiswa UNNES, yaitu Dimas Ageng (mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa), Asep Wadi (mahasiswa Prodi Doktor Pendidikan Seni), dan Adhitya Bayu (mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa).
Tidak hanya itu, pementasan “Cakra Manggilingan” juga menampilkan drama tari yang menjadi kesatuan dengan pertunjukan. Kolaborasi ini menghadirkan tari klasik maupun kontemporer yang dipadukan dengan alunan gamelan dan musik modern, menciptakan kreasi seni yang sarat makna. Dengan gerakan tari yang indah dan ekspresif, para penari menyampaikan pesan-pesan filosofis kepada penonton.