Pendidikan inklusif menjadi salah satu isu yang terus mendapat perhatian di Kota Pekalongan. Berdasarkan data Dinas Pendidikan setempat, lebih dari 700 peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) teridentifikasi berada di jenjang Sekolah Dasar pada 9 Juli 2025. Jumlah ini menunjukkan bahwa sekolah-sekolah reguler di Pekalongan dihadapkan pada tantangan besar untuk memenuhi kebutuhan semua siswa secara adil, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus.
Meski demikian, banyak guru SD yang belum sepenuhnya memahami pendekatan dan strategi pengelolaan kelas inklusi secara tepat. Keterbatasan pengetahuan, pengalaman, serta kurangnya forum pelatihan khusus menjadi salah satu kendala utama. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Negeri Semarang (FIPP UNNES) menggelar kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa pelatihan bertajuk “Menggapai Asa Bersama Anak Berkebutuhan Khusus melalui Penguatan Kompetensi Guru dalam Mengelola Kelas Sekolah Inklusi Kota Pekalongan.”
Bertempat di Aula Dinas Pendidikan Kota Pekalongan, pelatihan ini diikuti oleh 30 guru Sekolah Dasar dari berbagai sekolah inklusi. Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian dosen FIPP UNNES yang didanai oleh fakultas dan ditujukan untuk memperkuat kapasitas guru dalam menerapkan prinsip-prinsip pendidikan inklusif di ruang kelas.
Ketua pelaksana kegiatan, Woro Apriliana Sari, M.Psi., Psikolog, menyampaikan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat menjadi wadah peningkatan pemahaman sekaligus penguatan peran guru sebagai fasilitator pembelajaran inklusif.
“Kami tidak hanya ingin membekali guru dengan teori, tetapi juga memfasilitasi proses refleksi dan praktik, termasuk pendampingan setelah pelatihan selesai,” ujarnya.
Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekalongan, Mabruri, yang hadir dalam pembukaan kegiatan, memberikan apresiasi atas kolaborasi ini.
“Saat ini Pemerintah Kota Pekalongan tengah berupaya memperkuat layanan pendidikan inklusif. Dengan jumlah PDBK yang cukup besar, maka pelatihan semacam ini sangat dibutuhkan untuk membekali guru-guru kita agar siap menjalankan peran di sekolah inklusi,” jelasnya.
Pelatihan ini menghadirkan tiga narasumber dari FIPP UNNES yang membawakan materi secara tematik dan aplikatif. Materi pertama disampaikan oleh Laila Listiana Ulya, M.Psi., Psikolog, yang mengulas jenis-jenis anak berkebutuhan khusus melalui studi kasus. Ia menekankan bahwa pemahaman karakteristik individu menjadi fondasi penting dalam membangun kelas yang inklusif, responsif, dan adaptif.
Materi kedua disampaikan oleh Hasna Pratiwi, M.Psi., Psikolog, yang memfokuskan pada strategi dukungan positif bagi guru. Dalam pemaparannya, ia mengajak para peserta untuk membangun relasi empatik dengan siswa, menerapkan pendekatan berbasis penguatan (positive reinforcement), serta menciptakan suasana belajar yang aman dan memberdayakan semua peserta didik.
Materi ketiga dibawakan oleh Adelina Rahmawati, M.Psi., Psikolog, yang membahas penyusunan Program Pembelajaran Individual (PPI). Ia menegaskan pentingnya kolaborasi antara guru, orang tua, dan tenaga ahli agar PPI yang disusun benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan potensi anak.
Untuk memastikan keberlanjutan penguatan kompetensi pasca pelatihan, tim pengabdian merancang sesi pemantauan dan diskusi daring yang akan difasilitasi oleh Edwindha Prafitra Nugraheni, M.Pd., Kons. Kegiatan monitoring ini bertujuan memfasilitasi refleksi praktik di kelas dan mendampingi guru dalam menghadapi tantangan nyata selama tahun ajaran berjalan.
Kegiatan ditutup dengan diskusi terbuka, di mana para guru menyampaikan pengalaman dan kendala yang dihadapi dalam pengelolaan kelas inklusi. Beberapa isu yang muncul di antaranya adalah keterbatasan sumber daya pendukung, komunikasi dengan orang tua siswa, serta adaptasi kurikulum.
Kegiatan pengabdian ini merupakan wujud nyata sinergi antara UNNES dan Dinas Pemerintah Kota Pekalongan dalam upaya mewujudkan pendidikan yang inklusif dan berkeadilan. Melalui kolaborasi ini, FIPP UNNES berupaya mendekatkan peran akademisi dengan kebutuhan konkret masyarakat, khususnya di dunia pendidikan dasar. Komitmen untuk terus mendampingi guru menjadi bagian dari strategi berkelanjutan yang diharapkan membawa dampak positif jangka panjang bagi dunia pendidikan di Pekalongan dan sekitarnya.




