Lima penari itu memasuki panggung dari sisi depan. Seorang memanggul kepala kerbau yang telah terpenggal, yang lainnya membawa sesaji. Mereka mempersembahkannya untuk leluhur pantai utara Jawa, Dewi Lanjar.
Cerita itu berlatar waktu masa penjajahan Belanda. Ketika itu, masyarakat meyakini dengan selalu melakukan ritual sedekah laut, rezeki yang mereka dapat akan selalu mengalir. Namun, semua berubah setelah beberapa di antara penduduk terpengaruh oleh Belanda yang mulai datang dan menguasai Nusantara. Mereka terhasut dan berkhianat terhadap bangsa sendiri.
Dan, bencana pun datang dalam berbagai wujud. Bencana itu diyakini akibat Dewi Lanjar yang marah karena rakyat tidak lagi menjaga kerukunan dan keharmonisan alam. Rakyat saling tuding. Namun akhirnya ada seorang tokoh masyarakat yang mampu mengingatkan. Setelah mereka kembali melakukan ritual sedekah laut, keharmonisan kembali tercipta. Belanda pun dapat diusir.
Karya tari berjudul Wutahing Ludira Hangrungkebi Nuswantara itu hanya satu dari tujuh karya yang disajikan dalam Pergelaran Tari 2014, Minggu (15/6), di B6 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (FBS Unnes). Pergelaran merupakan tugas akhir yang harus ditempuh mahasiswa Prodi Seni Tari Jurusan Seni Drama Tari dan Musik (Sendratasik) FBS Unnes yang menempuh mata kuliah Pergelaran dan Manajemen Produksi.
Maya Yuanita Agustiani, salah satu mahasiswi yang menjadi penari dalam karya tari itu, mengatakan persiapan dilakukan selama hampir satu semester. “Mulai dari ide cerita, penggarapan tari, hingga iringan,” kata dia.
Karya tari yang dipergelarkan berjudul Sekar Kemuning, Kemelud Kelud, Rewandagni, Konjuk Tresna, Ngadi Sarira, dan Srikandi Edan. Secara keseluruhan, pementasan dipergakan oleh 71 mahasiswadengan tujuh dosen pembimbing. Durasi sajian paling lama 20 menit.
Ketua Jurusan Sendratasik FBS Unnes, Joko Wiyoso MHum, mengatakan pergelaran tari sebagai agenda tahunan dapat menjadi promosi keunggulan Unnes dalam bidang seni dan budaya. “Kami telah mengajak kerja sama berbagai instansi, termasuk Pemerintah Provinsi Jateng untuk meningkatkan potensi ini,” ujar dia ketika membuka acara.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah Dinas Pendidikan Provinsi Jateng, Drs Sutarto MPd, mengamini hal itu. Menurutnya, seni tradisi harus lebih berkembang di Jateng. “Mari kita dorong supaya seni sejajar dengan sains dan teknologi dan tidak dipandang sebelah mata,” ujarnya.
Dan tentunya yang perlu dipikirkan serta ditingkatkan adalah membuat karya dengan serius dari ide, konsep sampai penggarapan, tidak sekedar pentas.
Selamat, sukses, dan terus berkarya. Salut atas solitnya.
mitos dewi lanjar sangat menarik jika dikaji dengan paradigma strukturalisme aliran Prancis (ala Claude Levi-Strauss)……asumsinya dibalik mitos terdapat “realitas” yang merupakan cermin berpikir masyarakat…..
Pergelaran tari adalah ajang mahasiswa untuk mengolah logika, etika, dan estetika dengan menyampaikan pesan kepada penikmat melalui cerita yang disajikan dalam bentuk tarian. Selamat dan sukses !
ndang Dhest…sukses dan terus lanjutkan…
selamat dan sukses…kembangkan terus kreativitas dan tingkatkan kualitas…bravo
Makasih buat Bapak Ibu, Pak Bintang, mas Gitunk, dan UKM KJ, serta teman-teman yang sudah membantu baik proses maupun berjalannya pergelaran saat hari H,, “lupa cinta karena berkarya (Wutahing Ludiro Hangrungkepi Nuswantara)”