Mengolah Kahanan dengan Kritik Sosial

Sepasang muda-mudi itu memadu kasih di sebuah bangku yang berada di tempat yang sebenarnya tak sepi. Mereka tak acuh pada orang-orang di sekeliling. Di sekitar mereka duduk, ada seorang gelandangan, penyabung ayam, dan pengamen.

Tak berselang lama, datanglah seorang wanita menawarkan dagangan. Ketika penyabung ayam menanyakan apa yang dijualnya, wanita itu menjawab, “Wah, komplit, apa-apa takdol kok, Mas. Kejaba kapribaden. Harga diri!―wah, komplit, apa saja kujual kok, Mas. Kecuali kepribadian. Harga diri!”

Penyabung ayam tak setuju dengan harga diri yang harus dipertahankan. Di zaman sekarang, menurutnya, kalau ingin bertahan hidup, harus berusaha dengan cara apa pun. Ia, misalnya, menolak jika disebut mencari rezeki dengan menyabung ayam sebagai hal yang melanggar hukum. “Aku ora adu pitik, nanging adu nasib!―aku tidak mengadu ayam, tapi mengadu nasib!” kilahnya.

Sesekali, gelandangan yang tak jauh dari riuh perbincangan itu menertawakan apa yang didengarnya. Dan, tawa itu lebih terasa sebagai sebuah kritik pada realitas: keadaan, harapan, hingga tindakan yang kini acap tak sesuai dengan apa-apa yang telah diucapkan.

Drama berjudul Tarung itu dibawakan oleh SMAN 1 Wonosari Klaten, ketika mengikuti Festival Drama Berbahasa Jawa Se-Jawa Tengah, Minggu (19/1), di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (FBS Unnes). Menjadi penampil pertama, mereka unjuk kebolehan dengan maksimal.

Tarung meraih juara harapan II dalam kesempatan ini. Juara I didapat SMA 7 Surakarta dengan lakon Sadumuk Bathuk Sanyari Bumi, juara II SMAN 1 Karanganyar Kebumen (Kamit), juara III oleh SMAN 1 Karangtengah Demak (Omah Warisan). Sedangkan harapan I SMAN Klirong Kebumen (Ampak-ampak Negara Carangan), harapan III MA Salafiyah (Prasetya ing Wayah Surup).

Drama yang ditampilkan pada siang hingga malam itu menampilkan hal yang sebenarnya punya benang merah: mengangkat berbagai ketimpangan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu ternyata mampu menyuguhkan paradoks serta tafsir lain yang memungkinkan penonton memiliki pemaknaan baru terhadap realitas. Tafsir ini pula yang boleh jadi tak pernah habis digali oleh para sutradara untuk disuguhkan di atas panggung drama.

SMA 7 Surakarta yang selalu menjadi jawara festival yang diselenggarakan Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa FBS Unnes ini semenjak 4 tahun lalu, mengangkat sebuah tema yang tak kalah menarik. Penggarapan tokoh dan cerita, berpadu dengan setting dan iringan yang apik membuat Sadumuk Bathuk Sanyari Bumi menjadikan penonton tak ingin beranjak. Pementasan drama dari sekolah ini dari tahun ke tahun banyak dinanti oleh para pemerhati drama dan teater karena, sang sutradara, Didik Panji, selalu menyuguhkan cerita yang kuat.

Mengambil latar penceritaan di pedesaan, mereka bermain detail. Hal yang ditampilkan pun sebenarnya sangat sederhana, yakni sengketa lahan pekarangan antara Karto dan Sarmun. Sarmun merasa Karto telah bertahun-tahun mengambil hak tanah warisan dari bapaknya. Ia telah membikin melenceng batas pekarangan itu, sehingga pekarangan yang ia miliki semakin sempit. Suatu hari, Sarmun tanpa berembuk terlebih dahulu dengan Karto, langsung meluruskan batas pekarangan itu.

Walhasil, Karto yang ketika itu hendak mencangkul, kaget. Ia menanyakan ihwal tanahnya yang makin sempit itu kepada Sarmun. Dan benar, Sarmun membela diri dengan menjelaskan bahwa semenjak ayahnya masih hidup, batas tanah itu sebenarnya lurus, bukan melenceng. Sarmun menuding Karto yang membikin batas itu melenceng dari muasalnya. Sama-sama tak terima, mereka pun bertengkar dan sama-sama mati.

Sesaat sebelum bertarung, Karto berucap, “Sadumuk bathuk sanyari bumi. Lemah warisan iki bakal daklabuhi nganti tekaning pati!―satu sentuhan kening satu jari luasnya bumi. Tanah warisan ini akan kupertahankan sampai mati!” Mereka sama-sama membela apa yang telah diyakini sebagai kebenaran, hingga mati.

Mbah Wongso, seorang sepuh yang serba tahu di kampung itu menjelaskan banyak hal tentang kematian mereka. Ia sengaja mengubur Sarmun dan Karto bersebelahan dengan harapan supaya di alam lain, mereka bisa akur. Namun ternyata tidak. Sarmun dan Karto klambrangan dan saling kejar.

Penonton pun punya tafsir atas semboyan klasik itu. Apakah penerapan pitutur harus seperti ditunjukkan dalam adegan yang, sebenarnya, kata Mbah Wongso, digunakan para pejuang zaman penjajahan untuk membangkitkan semangat juang. “Yen tetep ora bisa ngrampungi, jaluk tulung marang wong liya―kalau tetap tak bisa menyelesaikan masalah, minta tolonglah kepada orang lain,” kata Mbah Wongso.

Related Posts

Leave a Reply

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas:

GDPR

  • Privacy Policy

Privacy Policy

Who we are

Our website address is: https://unnes.ac.id.

Comments

When visitors leave comments on the site we collect the data shown in the comments form, and also the visitor’s IP address and browser user agent string to help spam detection.

An anonymized string created from your email address (also called a hash) may be provided to the Gravatar service to see if you are using it. The Gravatar service privacy policy is available here: https://automattic.com/privacy/. After approval of your comment, your profile picture is visible to the public in the context of your comment.

Media

If you upload images to the website, you should avoid uploading images with embedded location data (EXIF GPS) included. Visitors to the website can download and extract any location data from images on the website.

Cookies

If you leave a comment on our site you may opt-in to saving your name, email address and website in cookies. These are for your convenience so that you do not have to fill in your details again when you leave another comment. These cookies will last for one year.

If you visit our login page, we will set a temporary cookie to determine if your browser accepts cookies. This cookie contains no personal data and is discarded when you close your browser.

When you log in, we will also set up several cookies to save your login information and your screen display choices. Login cookies last for two days, and screen options cookies last for a year. If you select “Remember Me”, your login will persist for two weeks. If you log out of your account, the login cookies will be removed.

If you edit or publish an article, an additional cookie will be saved in your browser. This cookie includes no personal data and simply indicates the post ID of the article you just edited. It expires after 1 day.

Embedded content from other websites

Articles on this site may include embedded content (e.g. videos, images, articles, etc.). Embedded content from other websites behaves in the exact same way as if the visitor has visited the other website.

These websites may collect data about you, use cookies, embed additional third-party tracking, and monitor your interaction with that embedded content, including tracking your interaction with the embedded content if you have an account and are logged in to that website.

Who we share your data with

If you request a password reset, your IP address will be included in the reset email.

How long we retain your data

If you leave a comment, the comment and its metadata are retained indefinitely. This is so we can recognize and approve any follow-up comments automatically instead of holding them in a moderation queue.

For users that register on our website (if any), we also store the personal information they provide in their user profile. All users can see, edit, or delete their personal information at any time (except they cannot change their username). Website administrators can also see and edit that information.

What rights you have over your data

If you have an account on this site, or have left comments, you can request to receive an exported file of the personal data we hold about you, including any data you have provided to us. You can also request that we erase any personal data we hold about you. This does not include any data we are obliged to keep for administrative, legal, or security purposes.

Where your data is sent

Visitor comments may be checked through an automated spam detection service.