Unnes yang telah mendeklarasikan diri menjadi Universitas Konservasi senantiasa menerapkan konsep konservasi di berbagai aktivitas baik terkait dengan Tri Darma Perguruan Tinggi atau aktivitas lainnya. Pusat Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) yang berperan dalam bidang penelitian dan pengabdian berbasis lingkungan ikut ambil bagian dalam mewujudkan hal tersebut.
Dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan tentang program konservasi yang sudah dan telah dilakukan masyarakat, Pusat PKLH LP2M menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) “Sukses Stori Masyarakat Pegiat Lingkungan” di ruang pertemuan LP2M, Senin (24/8).
Kegiatan yang diikuti oleh 60 peserta yang terdiri dari dosen dan mahasiswa pegiat lingkungan di Unnes ini menghadirkan 3 narasumber pegiat lingkungan hidup yaitu Dr.Anon Priyantoro,SPd.MPd Kepala SMKN I Bumijawa Kabupaten Tegal, Ibu Ismi dan Bapak Suratno yang keduanya dari Semarang.
Pak Anon mengatakan bahwa perilaku cinta lingkungan diwujudkan dalam sendi-sendi kehidupan warga sekolah, mulai dari penataan lingkungan sekolah, inovasi kegiatan, perlindungan fauna dengan menangkarkan burung hantu yang hidup disekolah serta membentuk kader lingkungan yang seluruh anggotanya adalah siswa disekolah tersebut. Beliau merupakan salah satu Kepala Sekolah di SMK yang berhasil mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup ke dalam kurikulum di sekolah..
sementara itu, narasumber kedua adalah Bu Ismi “sampah”, begitu panggilan akrab yang melekat padanya karena kecintaannya dalam mengolah sampah yang selama ini menjadi masalah bagi kebanyakan orang. Sejak tahun 2008, mulai merintis bank sampah untuk menanggulangi permasalahan sampah di daerah Jomblang Semarang. Setelah sukses dengan bank sampah, selanjutnya melakukan inovasi untuk mendaur ulang sampah plastik menjadi aneka macam handycraft seperti tas, tempat sampah, dompet dsb.
narasumber terakhir yang hadir adalah bapak suratno seorang nelayan dari Tambak Rejo Kelurahan Tanjung Mas Semarang. Berawal dari kondisi pesisir Tambak Rejo yang rusak akibat abrasi dan penurunan tanah, kemudian memotivasi Pak Suratno melakukan upaya-upaya untuk menangani permasalahan tersebut. Bersama kelompok peduli lingkungan CAMAR yang dibentuk pak suratno dengan fasilitasi dari Unnes, kemudian menanam bibit mangrove disepanjang pantai, sungai, dan tegalan tambak. Hasilnya sekarang tanaman mangrove tumbuh dengan baik yang memberikan kesan teduh, indah, dan banyak mendatangkan bebagai satwa seperti burung-burung pantai. “keberadaan mangrove telah memberikan dampak secara ekonomi dengan kehadiran kepiting bakau yang memiliki nilai ekonomi tinggi” ungkapnya.