Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi senantiasa mendorong komersialisasi dan hilirisasi hasil riset perguruan tinggi.
“Produk jangan hanya berhenti di riset saja, tidak cukup menjadi prototype saja, namun produk itu harus bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Menristekdikti usai membuka Pameran Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat PT dan Balitbangda, di Semarang.
Prof. Nasir menjelaskan perguruan tinggi nantinya bisa bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) setempat untuk mendiseminasi hasil penelitian itu pada dunia usaha. “Kalau sudah didiseminasi terhadap dunia usaha, bagaimana bentuknya? Apakah badan usaha kecil atau koperasi? Kami tadi sudah bekerja sama dengan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM),” katanya.
“Tingkat kesiapan hasil penelitian yang akan diindustrikan dapat dilihat melalui TRL (technology readiness level), dimana TRL dapat diartikan sebagai indikator yang menunjukkan seberapa siap suatu teknologi dapat diterapkan atau diadopsi oleh pengguna atau calon pengguna” lanjut Prof.Nasir.
Penelitian inovatif yang dihasilkan apabila sudah mencapai TRL level 9, maka hasil penelitian tersebut dapat diindustrikan. “Namun, kalau penelitian yang dilakukan masih pada tahapan-tahapan awal, harus ada penelitian lebih lanjut untuk meningkatkannya pada tahapan inovatif,” kata Prof. Nasir.
Pameran Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Perguruan Tinggi dan Balitbangda yang digelar selama dua hari, yakni 12-13 Oktober 2015 itu, diikuti oleh belasan perguruan tinggi termasuk LP2M Unnes.
Dalam pameran tersebut, LP2M Unnes menampilkan beberapa hasil riset dan pengabdian unggulannya, antara lain sipaktani.com (system informasi produk dan komoditas pertanian), handmade berbahan baku gulma dan limbah, batik mangrove dan tepung umbi.