Penonton bersorak, melihat para pemain kesenian Jaran Kepang Turangga Muda Lestari SMK Negeri 1 Pringapus Kabupaten Semarang berlarian dengan jaran kepangnya. Tiap kali mereka bertabrakan, tempik-sorak penonton kian riuh. Lalu tibalah saatnya para pemain kesurupan, jaran kepangnya meliar. Penonton-pun girang.
Lima menitan kemudian, setelah yang kesurupan semakin liar, penonton kian riuh bersorak melihat belasan lelaki dan beberapa wanita menyeret para pemain yang kian kalap.
Pementasan kesenian tradisional jaran kepang Turangga Muda Lestari ini menjadi penampil pertama pada Festival Seni Tradisi di Universitas Negeri Semarang (Unnes) kampus Sekaran, Gunungpati, Kamis (28/4).
Kethoprak Ringkas dari SMK 17 Magelang, Lengger (SMA Kretek Wonosobo), Jaranan Turangga Seta (SMA Boyolali), Barongan (SMA 1 Randu Blatung Blora), dan Komunitas Bocah Angon Wayang Sampah (SMA PGRI 2 Kayen) juga menampilkan kebolehannya.
Dekan FBS Unnes, Prof Agus Nuryatin, menyatakan Festival Seni Tradisi digelar sebagai rangkaian Dies Natalis Ke-51 Unnes ini merupakan upaya melakukan kaderisasi pelaku seni tradisi. Ia melihat, saat ini para remaja kurang tertarik seni tradisi karena dalam keseharian tidak lagi mengenalnya.
“Penyelenggaraan lomba sejalan dengan visi konservasi yang diusung Unnes. Karena seni mengandung nilai pendidikan karakter yang penting bagi generasi penerus,” ungkapnya.
Dimintai tanggapannya, Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman mengatakan, sebagai Universitas Konservasi, Unnes memiliki tanggung jawab moral melestarikan seni tradisi adiluhung ini.
Selain itu, Unnes hendak memberikan apresiasi yang memadai kepada siapa pun yang menekuni kesenian tradisi ini. Unnes ingin menyediakan panggung yang layak, yang besar, bahkan kalau perlu yang gegap gempita.
“Dengan cara ini anak muda akan tergugah, sadar bahwa kesenian tradisi masih jadi kelangenan masyarakat,” katanya.
Ketua Panitia Kegiatan, Sendang Mulyana, mengatakan, bahwa peserta diberikan waktu untuk unjuk keboleh di hadapan juri. “Setiap tampilan diberi waktu 60 menit untuk unjuk kebolehan berkesenian di hadapan juri dan ratusan pengunjung”, ungkapnya.
Juri yang terdiri atas seniman, budayawan, dan praktisi media menilai mereka berdasar komposisi, kreativitas, dan interaksi dengan penonton.
Sampai berita ini diunggah, Festival Seni Tradisi di Unnes masih terus berlanjut.
Unnes konservasi, Sesuai dengan namanya memang tidak salah Unnes menyatakan dirinya sebagai Universitas Konservasi. Sejalan dengan visi dan misi Unnes, Unnes selalu menyelenggarakan kegiatan yang berbau konservasi dalam hal ini konservasi budaya untuk melestarikan budaya Unnes menyelenggarakan perlombaan budaya tradisional dari masing-masing daerah.
#Unnes Konservasi
Indonesia memiliki keanekaragaman tradisi dan budaya yang sangat indah dan menarik. Bahkan sampai diperebutkan oleh negara-negara asing. Sudah sepantasnya para generasi penerus untuk nguri-uri atau melestarikannya agar tetap terjaga.
Banyak cara yang bisa dilakukan. Salah satunya melalui kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pelestarian budaya.
Festival Seni Tradisi yang Unnes adakan ini merupakan bentuk kesadaran tentang pentingnya peran generasi penerus sebagi kader pelaku seni tradisi. Selain sebagai upaya kaderisasi, kegiatan ini juga bisa menggali potensi yang dimiliki oleh para siswa dan membangun kreativitas para siswa.
Hebat, Ajaib, Sakti!
Ketika saya berkunjung ke Dekanat FBS, saya sempat bingung. Ada acara apakah gerangan di depan pelataran Dekanat Kampus Ungu luarbisa ini.Setelah ditelusuri, ternyata ada festival seni tradisi.
Ratusan penonton riuh mnyaksikan pertunjukan yang ditampilkan oleh para pemain tari tradisi ini.
Decak kagum saya rasakan. Di era modern seperti sekarang ini, ternyata, masih banyak orang yang peduli terhadap seni tradisi yang merupakan warisan para leluhur–yang memiliki nilai-nilai filosofis.
Acungan jempol untuk Unnes yang selalu konsisten dalam menjalankan nilai-nilai konservasi yang digaungkan. Sukses terus untuk Unnes. Lanjutkan!