Pria sepuh itu mengenakan kemeja batik pendek berpadu celana coklat. Berdiri di beranda rumah, ia menyambut satu demi satu tamu yang mengunjungi rumahnya. Prof Dr Retmono, pria itu, tak bisa meninggalkan keramahannya, keramahan yang telah lama menjadi identitasnya.
Prof Dr Retmono adalah Rektor IKIP Semarang periode 1986-1990 dan 1990-1994. Lahir di Malang, 23 Oktober 1933, ia mulai mengajar di IKIP Semarang pada 1970. Merampungkan pendidikan doktor di University of Texas pada 1970, ia jadi salah satu doktor pertama yang dimiliki IKIP Semarang.
Oleh rekan, junior, dan mahasiswanya ia dikenal sebagai pria yang rendah hati. Prof Samsudi, Direktur Program Pascasarjana (PPS) Unnes, pernah merasakan hal itu. Tahun 1981 saat masih mahasiswa, kenang Samsudi, ia sedang menunggu kendaraan di tepi jalan mengenakan jas almamater.
“Mungkin karena beliau lihat saya pakai jas kuning, beliau berhenti. Beliau menawari saya tumpangan menuju kampus,” kata Prof Samsudi, Rabu (14/8) saat bersama pimpinan Unnes lain berkunjung ke rumah Prof Retmono. Kunjungan dilakukan untuk menjaga silaturahim sesama anggota keluarga besar Unnes.
“Saya jadi satu-satunya mahasiswa yang disopiri oleh Pembantu Rektor Bidang Akademik,” lanjut Prof Samsudi.
Keramahan yang sama pernah dirasakan Prof Wiyanto saat ia baru saja lulus S1. Lantaran sedang diburu deadline lulus supaya bisa mendaftar dosen, Prof Wiyanto mengejar Prof Retmono ke mobil supaya bisa menandatangani ijazahnya. Bukan marah dan tersinggung, Prof Retmono tetap membumbuhkan tanda tangan di ijazah itu.
“Kalau di zaman sekarang, pelayanan Prof Retmono sudah termasuk layanan prima,” sambung Rektor Unnes Prof Dr Fathur Rokhman MHum disambut tawa lainnya.
Purnatugas pada 2003, Prof Retmono kini masih aktif mengajar di PPS Unnes. Beliau juga masih rajin berbagi ilmu melalui tulisan Gayeng Semarang yang menggelitik di Suara Merdeka edisi Minggu.
Kagum,.salut,.jempol,..Buat Prof Retmono….andai saja semua pegawai melakukan pelayanan seperti itu,..WOww….””
Subhanalloh… seorang tokoh, guru kehidupan keluarga besar Unnes, saksi sejarah perkembangan IKIP-Unnes yang penuh kharismatik yang pantas kita jadikan sebagai pahlawan Unnes….semoga ke depan ada monumental nama besar beliau yang di abadikan sebagai nama gedung di kampus konservasi ini
Saya harap beliau sehat selalu, waktu saya mahasiswa, jatah beras tiap bulan dari beliau, dan saya disuruh mengambil lewat koperasi handayani dengan menulis di nota DR Retmono. Dengan semua itu saya dapat menyelesaikan s1 saya. Beliau berjasa dengan ikatan dinas saya, sepatu no 44 yang diberikan kepada saya karena mas mono kurang besar. Beliaupun tidak sungkan memberhentikan mobilnya saat berpapasan dengan saya yang hanya mahasiswa dan membuka kaca mobil. Setelah ada kesempatan s2, saya sekali bertemu dan saya berfoto dengan beliau sambil mengucapkan terimakasih. Waktu iakatan dinas mau saya urus, ada kesempatan memintanya ditempatkan di IKIP, namun saya malu karena bagi saya lulus saja sudah bersyukur. Terimakasih bapak, sehat selalu. Amin
Salut dan bangga untuk prof. Retmono.
Sosok yang sangat inspriatif dan motivatif. Semoga bapak selalu dalam lindungan NYA.
Salut dan bangga untuk prof. Retmono.
Sosok yang sangat inspiratif dan motivatif. Semoga bapak selalu dalam lindungan NYA.
Pengalaman Prof Wiyanto, terulang pada saya. Ini terjadi pada saat penerimaan PNS di Unnes, karena satu dan lain hal ijazah saya masih di’tahan’. Saya hampir tidak bisa daftar karena tidak pegang ijazah. Pada saat itu Prof Ret adalah tim pengawas independen penerimaan CPNS di Unnes. Beliau membantu saya dengan berkenan menjaminkan nama Beliau untuk saya bisa daftar. Alhamdulillah, berkah jasa Prof Ret saya bisa daftar, diterima, dan disekolahkan. Jazzakumullah Khoiron
Prof Retmono adalah guru yang betul-betul guru. Sampai usia yang sudah lanjut beliau masih mau mengajar kami bahasa inggris di program S2 MP konsenterasi kepengawasan. Mudah-mudahan mahasiswa S2 konsenterasi kepengawasan yang semuanya adalah guru dapat menjadi guru yang semangat seperti beliau. Demikian juga untuk mahasiswa yang lain. Menjadi guru yang benar dan peduli siswa atau tidak sama sekali.
Profesor Retmono adalah guru sejati. Saya pernah menanyakan komplain saya pada beliau karena nilai saya yang keluar nilainya kurang memuaskan. padahal saya sudah mengerjakan tugas dan melakukan kewajiban sayaa sebaik mungkin. Beliau tidak marah malah tersenyum, dan bertanya pada saya ingin dapat nilai berapa. lalu beliau meminta saya untuk mengurusnya dan berjanji akan memberi nilai yang saya minta. terimakasih pak retmono, membaca dan mengingat nama jenengan sungguh membuat saya terharu. jenengan dosen yang benar-benar rendah hati dan mau menerima kritikan. terimakasih pak retmono, semoga Allah memberi anda umur panjang. amin.