Sejumlah 38 mahasiswa anggota Klub Jurnalistik Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (BSI) Fakultas Bahasa Seni (FBS) Unnes mengunjungi Lembaga Studi Pers dan Informasi (LeSPI), Jumat (28/2). Di sana mereka mempelajari perilaku media, pemantauan media (media watch), dan media literacy.
Direktur LeSPI Anto Prabowo mengungkapkan, media adalah ruang publik yang punya peran besar terhadap kehidupan masyarakat. Media yang baik dapat turut “menyehatkan” masyarakat pembaca. Sebaliknya, jika media tidak baik justru akan membuat masyarakat “sakit”.
“Ada beberapa pihak yang dapat mempengaruhi media. Kalau pada masa Orde Baru tentu saja negara. Sekarang tidak hanya negara, tetapi juga pemilik, pemasang iklan, bahkan wartawan itu sendiri,” katanya.
Di Semarang, LeSPI adalah salah satu pionir pengawas media. Selain melakukan media watch, lembaga yang didirikan pada 1999 itu juga menggelar media literacy dan pelatihan menulis. Sejumlah riset telah dilakukan untuk mengetahui “wajah muram” media sekaligus merekomendasikan perbaikan.
Anggota Klub Jurnalistik BSI merasa perlu mempelajari media watch agar dapat mengenali perilaku media. Ninuk, misalnya, penasaran dengan respon media setelah mendapat kritikan media watch. “Apakah sudah ada perbaikan kualitas media? Atau justru ada yang menolak rekomendasi LeSPI dan malah protes?” tanyanya.
Kunjungan Klub Jurnalistik BSI dilakukan dalam rangkaian pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan sejak Senin (24/2) kemarin. Selama sepekan mereka mempelajari keterampilan dasar jurnalistik. Selain keterampilan menulis berita, wawancara, mereka juga mempelajari pengelolaan media online, bahasa jurnalistik, manajemen redaksi, dan penulisan opini. Kegiatan dilanjutkan Sabtu (1/3) dengan mengunjungi kantor redaksi media cetak di Semarang.