Variasi paket soal Ujian Nasional (UN) menjadi penepis anggapan kebocoran kunci jawaban UN. Hal itu ditandaskan kembali oleh Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman, Selasa (15/4), di auditorium Kampus Sekaran, Gunungpati.
Menurutnya, setiap peserta UN akan mendapatkan paket soal berbeda. “Sekarang saja, variasi soal UN ada 20 paket. Sementara peserta ujian dalam satu ruang ada sebanyak 20 orang,” terang Rektor selaku penanggung jawab pengawasan dan pemindaian UN SMA/SMK 2014 di Jawa Tengah.
Rektor Unnes juga menyampaikan beberapa berita acara dalam pengawasan UN. Ada temuan kejadian ketidakcocokan antaran soal UN dan Lembar Jawab Ujian Nasional (LJUN) saat pemindaian. “Mungkin karena pengawas di ruang ujian terlalu rajin, maka dia melakukan pemisahan soal yang menempel pada LJUN. Akibatnya, siswa mengerjakan soal dengan LJUN yang berbeda padahal antara soal dan LJUN yang menempel itu memiliki barcode masing-masing,” ungkap Prof Fathur.
Ketidakcocokan itu, lanjut Rektor, hanya terjadi di salah satu sekolah di kabupaten/kota di Jateng. Permasalahan itu pun dapat dicarikan jalan keluarnya dengan cara LJUN dan soal disatukan atau kembali dijawab pada lembar soal yang sesuai. Bukan hanya itu, dalam pemindaian juga ditemukan beberapa kejadian, seperti sekolah yang salah mengumpulkan LJUN karena yang dikirim untuk dipindai adalah lembar soal. Kesalahan membubuhkan kode rayon, sekolah atau arsiran yang kurang tebal juga kerap muncul sehingga sulit terbaca alat pemindai.
”Kesalahan-kesalahan tersebut tetap bisa diatasi oleh tim pemindai Unnes, yaitu dengan menebalkan lagi arsiran yang kurang tebal, juga pada identitas peserta ujian. Sebatas itu. Kalau memberikan atau menambahkan jawaban, tidak diperbolehkan,” kata Fathur.
Pada pemindaian, menurut Rektor, tidak ada kendala, karena kualitas kertas LJUN lebih tebal dari tahun lalu, yakni 100 gsm (gram per square meter). Tahun lalu, ketebalannya hanya 70 gsm. ”Tahun lalu LJUN menggulung saat dipindai karena terlalu tipis kertasnya, tapi kini tidak lagi,” tandasnya.