Juara selalu punya “tirakat” khusus sebelum ia berdiri panggung dan menerima piala. Itu pula yang terjadi pada Orchida Septitya Trissatiti. Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unnes ini pun harus melatih dirinya dengan keras sebelum menjadi juara tangkai baca puisi Peksiminas XII di Palangka Raya.
Sebagai mahasiswa jurusan bahasa dan sastra, Orchida sudah mengakrabi puisi secara akademik sejak 2008. Namun, mendekatinya sebagai deklamator baru Orchida lakukan pada 2011.
“Saya cukup beruntung menemukan guru baca puisi yang mau mengajari saya. Menurut saya, itu gift. Sebab, banyak orang coba baca puisi namun tidak kunjung bisa karena tidak mendapat guru yang baik,” katanya.
Adalah Sendang Mulyana dan Nana Riskhi Susanti dua orang yang mendampingi Orchida berproses. Sendang yang telah puluhan tahun membacakan puisi, membimbing Orchida menemukan “rasa” pada puisi. Adapun Nana Riskhi yang pada 2010 juga memenangi Peksiminas, menurut Orchida sangat tekun untuk melatih vocal dan persiapan kompetisi.
Proses latihan yang panjang membuat Orchida tahu, tidak semua puisi dapat ia bacakan dengan baik. Karakter vokalnya lebih cocok dengan puisi balada. Adapun mantra, diakuinya, tidak cocok.
Karena itulah, saat seleksi di tingkat daerah ia memutuskan untuk baca puisi Ziarah karya Sapardi Djoko Damono. Padahal ia ingin sekali membacakan Sajak Seorang Prajurit Karya Suminto A Suyuti.
“Barangkali, salah satu faktor yang mengantarkan saya menjadi pemenang, karena saya mengalah kepada puisi. Maksudnya, saya tidak memaksakan diri membacakan puisi yang saya sukai,” tambah gadis kelahiran Pekalongan, 13 September 1990 ini.
Menjelang Peksiminas, ia juga tak keberatan mendisiplinkan diri. Selain lari pagi sebulan terakhir, ia berupaya menghindari es. Bagi mahasiswi berpembawaan cuek ini, menjalani “tirakat” seperti itu memerlukan energi tersendiri. Pasalnya, dia telah terbiasa makan apa pun yang disukainya.
“Lari pagi harus saya lakukan untuk memperkuat vokal. Dalam beberapa sesi latihan, saya diberi tahu pelatih bahwa vokal saya belum kuat,” katanya.
Latihan intensif yang dijalani Orchida setidaknya dilakukan 2-3 jam per hari. Ia menyebut proses situ sebagai “bedah puisi”. Ia membacakan dan pelatih mengevaluasi. Tiap baris harus ia ulangi hingga ditemukan “rasa” yang tepat.
Selamat atas prestasi yang diraih. Saya sangat setuju, harus ada peluh dalam proses panjang untuk menjadi JUARA SEJATI!
Selamat Chid, keren.
Selamat dan sukses buat sdr. Orchida. Pengalaman yang bagus dan patut dicontoh oleh calon-calon guru bahasa indonesia, PAUD, atau PGSD.