Penikmat teater di Unnes dan sekitarnya tampaknya tak mau melewatkan pentas penutup Parade Seni Sastra 2013. Buktinya, mereka membanjiri pementasan lakon “Mangir” karya Pramoedya Ananta Toer di Laboratorium Teater Usmar Ismail, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unnes. Ratusan penonton memadati tempat pementasan sejak pentas belum dimulai.
“Mangir” menjadi pemantasan terakhir Parade Seni Peran 2013. Naskah ini dipentaskan oleh mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2011 dengan sutradara Kristiawan.
“Mangir” berkisah tentang cinta antara Pembayun dan Mangir Wanabaya, penguasa Perdikan Mangir. Percintaan menjadi problematik karena Pembayun adalah anak Raja Mataram Panembatan Senopati, musuh Mangir Wanabaya.
Penambahan Senopati sejatinya menugasi Pembayun menjadi telik sandi untuk menaklukkan Ki Mangir Wanabaya yang tak bisa ditundukkan Mataram karena memiliki pusaka tombak Kyai Baru Klinthing. Pembayun yang tak kuasa menolak kehendak ayahandanya kemudian berangkat ke daerah Mangir dengan menyamar sebagai ledek dan berganti nama sebagai Adisaroh.
Kecantikan dan keluwesan Pembayun sebagai Adisaroh membuat Mangir Wanabaya mabuk kepayang. Cintanya bersambut karena Pembayun yang mulanya berniat hendak memperdaya Mangir Wanabaya justru jatuh hati kepadanya.
Sementara Mangir Wanabaya dan Pembayun tengah memadu kasih, Panembahan Senopati di Mataram sedang menertawakan kebodohan musuhnya. Mangir Wanabaya tidak menyadari bencana yang mengintai hingga akhirnya Pembayun mengaku sebagai putri Panembahan Senopati dan mengutarakan kehendak ayahhandanya agar Mangir menghadap dan menyerahkan tombak pusakanya.
Mangir Wanabaya yang dilanda asmara tak kuasa menolak. Ia pergi menghadap Panembahan Senopati sebagai menantu. Namun, sesampainya di Mataram, ia justru disambut oleh maut. Tanpa tombak Kyai Baru Klinting, Panembahan Senopati dengan mudah membinasakannya.
Hingga berita ini diturunkan pentas “Mangir” masih berlangsung.