Sejarah Universitas Negeri Semarang (Unnes) adalah sejarah keilmuan. Oleh karena itu, peran sosial dan kebangsaan yang diembannya juga harus dilandasi keilmuan. Untuk itulah, Unnes berkewajiban membangun iklim akademik yang kondusif bagi berkembangnya ilmu pengetahuan. Kondusif bagi dosen, juga bagi mahasiswa.
Profesor Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Prof Tandiyo Rahayu mengungkapkan hal itu dalam diskusi bersama Rektor dan civitas akademik FIK, selasa (2/7) pagi tadi. Menurutnya, membangun iklim akademik supaya lebih kondusif adalah bagian dari tugas Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman setelah dilantik Mendikbud 5 Juni lalu.
“Paparan bapak tadi sudah melahirkan iklim yang sejuk. Semoga ke depan bisa terus dijaga. Saya pribadi, dan saya yakin mewakili beberapa rekan dosen lain, berharap Bapak bisa membangun iklim akademik yang sejuk seperti ini,” katanya.
Menanggapi saran Prof Tandiyo Rahayu, Rektor menyampaikan ada tiga variabel bagi terciptanya iklim akademik di sebuah universitas. “Pertama, ghirah (kesungguhan-red) masing-masing orang untuk mengembangkan ilmu yang dimilikinya. Kedua, wawasan yang luas. Dan ketiga, akses, baik akses informasi maupun akses birokrasi,” kata Rektor.
Salah satu strategi yang akan Rektor tempuh adalah memberi penghargaan kepada dosen yang aktif sebagai pengurus asosiasi profesi. Ia yakin, aktivitas dosen sebagai pengurus asosiasi turut mengukuhkan keilmuan yang dimilikinya. Jika dilakukan secara masif, aktivitas dosen di asosiasi profesi akan mengukuhkan lembaga.
Dialog Rektor dan sivitas akademika FIK berlangsung gayeng. Sejumlah dosen menyampaikan gagasannya untuk mewujudkan FIK yang lebih maju. Tak hanya soal akademik, berbagai tema lain mengemuka dalam diskusi ini, dari pendirikan Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat hingga pengelolaan tempat parkir.
Semoga pendirian Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat dapat berkontribusi untuk kemajuan Unnes. Semoga!