Lima mahasiswa asing Universitas Negeri Semarang (UNNES) mengambil bagian dalam Festival Kota Lama Semarang ke-12 tahun 2023, Minggu (17/9). Mereka tidak hanya memperlihatkan kebanggaan terhadap budaya Indonesia tetapi juga menunjukkan ketertarikan pada kebaya, salah satu pakaian tradisional khas tanah air.
Festival Kota Lama Semarang merupakan acara tahunan yang merayakan sejarah dan kekayaan budaya Kota Semarang. Acara ini menampilkan pertunjukan seni, pameran kerajinan tangan, dan berbagai acara budaya lainnya yang memadukan tradisi dan modernitas.
Mahasiswa UNNES yang berasal dari Ukraina, Kyrgistan, dan Rusia itu memutuskan untuk ikut serta dalam acara tersebut agar lebih memahami budaya tanah air. Kelima mahasiswa tersebut ialah Aziza Niiazova (S2 ilmu Hukum), Aisu Zhumalieva (S1 Pendidikan Ekonomi), Lytvynenko Tetiana (S2 Bahasa Indonesia), Periza Abdilova Abdilovna (S1 Pendidikan Bahasa Inggris), dan Elizaveta Lebedeva (Program Darmasiswa Non-Degree).
Dalam festival yang digelar di kawasan Kota Lama itu, kelima mahasiswa asing tersebut mengenakan kebaya dengan gaya yang sangat apik. Bersama dengan 100 wanita dari sekolah dan komunitas kebaya se-Kota semarang, mereka memilih berbagai warna dan desain yang berbeda, menciptakan paduan yang indah antara tradisi dan kreativitas.
Salah satu mahasiswa asing, Elizaveta Lebedeva dari Rusia, mengaku bangga berkesempatan mewakili UNNES dalam parade milenial berkebaya tersebut.
“Kebaya adalah simbol keindahan dan keanggunan Indonesia. Saya sangat senang bisa mengenakannya dan merasa seperti seorang putri. Ini adalah pengalaman budaya yang tak terlupakan,” ungkap Liza sambil terus merapikan busana yang Ia kenakan.
Rektor UNNES, Prof. Dr. S Martono, M.Si., mengungkapkan kebanggaannya terhadap partisipasi mahasiswa asing tersebut dalam mengikuti Festival Kota Lama Semarang. Ia menekankan betapa pentingnya pertukaran budaya antara mahasiswa asing dan lokal dalam memperkaya pengalaman pendidikan.
Melalui partisipasi ini, mahasiswa asing UNNES telah memberikan kontribusi positif dalam mempromosikan kekayaan budaya Indonesia di mata dunia. Partisipasi mereka menjadi contoh bahwa budaya bisa menjadi jembatan yang kuat untuk memahami, menghormati, dan merayakan perbedaan.