Guru Besar bidang Bimbingan dan Konseling di Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof Dr Mungin Eddy Wibowo, mengatakan dalam pengimplementasian Kurikulum 2013, guru bukanlah satu-satunya sumber belajar. Sebab, masih ada sumber belajar lain, yaitu buku dan lingkungan sekitar.
Menurut Koordinator Program Profesor dan Doktor Go to School itu, guru dituntut aktif untuk mendorong siswa kreatif dan berpikir aktif. “Kurikulum 2013 mengedepankan karakter seperti sikap, spiritual, sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, dan kerja sama dengan kemampuan,” ujar Prof Mungin di Banjarnegara, Senin (12/5).
Dalam kunjungannya ke Banjarnegara, Prof Mungin bertandang ke SMA 1 Bawang, Banjarnegara. Dihadapan puluhan guru SMP, SMA, dan MA, dia juga menekankan bahwa Kurikulum 2013 menekankan penilaian berbasis proses dan hasil.
Didampingi Kepala Sekolah SMA 1 Bawang, Edy Setyawan, Prof Mungin memberikan motivasi kepada 600 siswa di aula sekolah itu. Di sekolah itulah, Prof Mungin pernah menimba ilmu.
Menurutnya, Indonesia membutuhkan generasi emas yang produktif, inovatif, kreatif, dan efektif. Dia juga berkisah bahwa dulu orang tuanya menjadi penjaga sekolah.
“Selalu bertanyalah kepada bapak dan ibu guru. Jangan pernah takut pertanyaanmu ditertawakan temanmu, kalian harus menjadi lebih aktif,” katanya.
Siswa kelas XI, Eri, bertanya “Bagaimana jika orang tua tidak menyetujui cita-cita kita?” Prof Mungin menjawab, “Lakukanlah sesuai dengan minat dan bakatmu. Pilihlahlah sesuai kemampuanmu, lalu konsultasikan dengan orang tua dan guru BK. Kuncinya adalah komunikasi,” jawabnya.
Amalia, siswa kelas XI, bertanya tentang bagaimana cara profesor memotivasi diri. Prof Mungin menjawab, bertindaklah dengan berpikir, berpikirlah dengan perasaan. “Bertindak harus didasari rasa senang. Jadi, kuncinya adalah pengendalian diri,” kata dia.
Dengan kemajuan teknologi membuat siswa seharusnya memiliki lebih banyak opsi sumber belajar. Sayangnya, kemajuan teknologi justru membuat mental anak menjadi individualis, yang jauh dari nilai luhur bangsa. Contoh riil adalah ketidakmauan siswa dalam bertanya kepada guru ketika mengalami kesulitan di kelas dalam belajar. Mereka lebih memilih untuk mencari sumber belajar sendiri dari internet. Ini berbahaya untuk kemampuan psikomotor anak dalam bertanya.