[slideshow_deploy id=’2312′]
Semarang (22/10), Fakultas Teknik UNNES. Pelatihan Majemen Dasar Kepemimpinan atau yang lebih sering disebut dengan PMDK merupakan suatu pelatihan dasar untuk mempersiapkan mahasiswa dalam berorganisasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik. Kegiatan ini dilakukan rutin setiap tahunnya dan kali ini mengambil tema, aktualisasi jiwa pemimpin yang prestatif dan humanis dengan semangat bela negara. “Pemimpin ada bukan karena dilahirkan, melainkan dibentuk dan diproses melalui proses pelatihan kepemimpinan salah satunya, PMDK inilah contohnya.” Begitu kiranya yang disampaikan oleh Wakil Gubernur BEM FT 2016, Septian EP.
Namun ada hal yang menarik dalam PMDK tahun 2016 ini, yaitu disisipkannya Dialog Interaktif bersama Komisi X DPR RI, Drs. A. H. Mujib Rohmat. Dialog Interaktif yang didampingi oleh Dekan Fakultas Teknik (Dr. Nur Qudus, S.T., M.T.) dan Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan (Dr. Wirawan Sumbodo,, S.T., M.T.) dilaksanakan dalam ruang Prof. Soediono, Dekanat FT. Peserta pun antusias mengikuti dialog yang lebih menfokuskan kepada peran mahasiswa dalam pengawalan kebijakan pendidikan kali ini. Pemaksimalan bonus demografi merupakan peran yang sangat penting dalam pengawalan kebijakan pendidikan Indonesia. Hal ini dikarenakan bonus demografi juga sangat rentan ketika kesempatan itu tidak dimanfaatkan terlebih dalam peningkatan kualitas pendidikan. Sehingga pemanfaatan pendidikan yang baik dalam bonus demografi ini akan sangat mempengaruhi kemajuan Indonesia.
Pak Mujib menyampaikan bahwa, “Perlu adanya Garis Haluan (red: GBHN) yang jelas dalam pendidikan Indonesia, karena GBHN merupakan kepentingan negara, bukan kepentingan pemerintah yang setiap periodenya dapat berubah dan menjadi semakin tidak jelas kearah mana tujuan sebenarnya pendidikan di Indonesia itu sendiri.”
Hal lain yang juga menjadi pesan penting beliau kepada mahasiswa yaitu bahwa seorang mahasiswa memiliki tiga kekuatan besar, yaitu kekuatan moral yang sampai sejauh mana seorang mahasiswa dapat mempertahankan idealismenya, kekuatan sosial dimana mahasiswa memiliki basis masa yang besar, dan yang terakhir yaitu kekuatan intelektual yang mana masyarakat saangat mengharapakan solusi intelektual mahasiswa atas permasalahan nyata yang ada dalam masyarakat.
(dok: Rochmad Hidayat, red: Muhammad Afifudin)