Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang (FIK UNNES) menggelar Focus Group Discussion (FGD) persiapan progam studi baru, Rabu (15/6).
FGD ini sebagai upaya mempersiapkan pengajuan program studi Kedokteran UNNES yang menghadirkan Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan RI drg Arianti Anaya MKM, Direktur Penyediaan Tenaga Kesehatan, Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan Dra Hj Oos Fatimah Rosyati MKes, Direktur Perencanaan Tenaga Kesehatan, Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan Dr Sugiyanto SKM SPd MAppSc.
Turut hadir Bupati Tapin Drs H M Arifin Arpan MM, Kepala LLDIKTI Wilayah VI Bhimo Widyo Andoko SH MH, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Dr dr Mochamad Abdul Hakam SpPD, Direktur RSUD dr Loekmono Hadi Kudus dr Abdul Aziz Achyar MKes, Direktur RSUD Tugurejo Provinsi Jawa Tengah dr Prihatin Iman Nugroho MKES SpP, Direktur RSUD Datu Tanggul Tapin dr H Milhan SpOG K MM, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Dr dr M Mukhlis Rudi Prihatno MKes MSi Med SpAn-KNA dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Prof Dr Reviono dr SpPK.
Rektor UNNES Prof Dr Fathur Rokhman MHum yang pada kesempatan ini diwakilkan Wakil Rektor UNNES Bidang Umum dan Keuangan Prof Dr S Martono MSi mengatakan keberhasilan UNNES selama 57 tahun terakhir dalam menghasilkan sumberdaya
manusia unggul dalam bidang pendidikan, olahraga, seni, teknik, ekonomi dan hukum
telah menginspirasi untuk ikut berpartisipasi dalam menghasilkan tenaga medis.
Menurut Prof Martono, UNNES merasa terpanggil untuk ikut menghasilkan tenaga dokter.
Prof Martono menyampaikan sekarang ini, kebutuhan tenaga dokter masih tinggi. Jumlah lulusan dokter masih belum memenuhi kebutuhan dokter secara nasional, tidak meratanya distribusi tenaga dokter, terutama di di daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T) yang mendorong UNNES untuk mendirikan prodi kedokteran.
Selain itu, Prof Martono menambahkan, UNNES memiliki sumberdaya dosen serta sarana prasarana
yang layak untuk penyelenggaran pendidikan dokter. Pengalaman UNNES dalam melahirkan sarjana pendidikan yang mengabdi di daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T).
“Berdasarkan pertimbangan tersebut maka UNNES merasa bertanggungjawab untuk ikut menyelenggarakan Pendidikan dokter umum,” jelasnya.
Prof Martono juga menjelaskan, pendirian prodi kedokteran UNNES juga bagian dalam program pembangunan kesehatan yang merupakan bagian dari grand design pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
“Dalam laporan WHO, Indonesia termasuk salah satu dari 57 negara yang menghadapi krisis SDM kesehatan, baik jumlahnya yang kurang maupun distribusinya. Terdapat empat isu utama permasalahan sumber daya manusia kesehatan, yaitu: Jumlah tenaga masih kurang, Kualitas belum memadai, Distribusi tidak merata, dan Kualifikasi pendidikan di bawah D-III,” kata Prof Martono.
Menurutnya, pengembangan tenaga kesehatan sangat bertumpu pada peran perguruan tinggi dalam mencetak tenaga kesehatan, baik diploma, S1, S2, maupun S3.
“Untuk itu, UNNES berkomitmen kuat dalam pendirian prodi kedokteran dengan mencetak lulusan tenaga kesehatan yang berkualitas,” jelasnya.
Lanjut, Prof Martono keberhasilan pelaksanaan kegiatan FGD Persiapan Pengajuan Usulan Program Studi Kedokteran UNNES membutuhkan dukungan dan partisipasi aktif semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
“Oleh karena itu, kami mohon dukungan semua pihak untuk kelancaran kegiatan ini. Kami yakin dengan adanya dukungan dari pemerintah setempat, IDI, serta rumah sakit daerah, maka pendirian Program Studi Kedokteran ini dapat terlaksana dalam waktu yang tidak lama,” ucapnya.
Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNNES Prof Dr Tandiyo Rahayu MPd mengatakan pendirian prodi kedokteran ini menjadi bagian penting UNNES sebagai Rumah Ilmu Pengembangan Peradaban yang mendukung pendirian pendidikan kedokteran dalam mengawal kualitas Pendidikan Kedokteran,” jelasnya.
Prof Tandiyo menjelaskan bahwa pihaknya sudah bekerjasama dengan rumah sakit pendidikan, rumah sakit satelit, sumber daya manusia spesialis dan sebagainya agar pendirian prodi kedokteran segera terealisasi.
Sementara itu, Dr dr Mahalul Azam MKes ketua tim penyusun prodi kedokteran UNNES menyampaikan ciri khusus prodi Kedokteran dengan melahirkan Dokter Unggul, Kedokteran Digital dan siap Mengabdi di Daerah 3T/DTPK (daerah tertinggal perbatasan dan kepulauan) dengan Elektif Kedokteran Olahraga dan Kedokteran Komunitas berorientasi pada pengabdian di daerah ST.
Menurutnya, dengan visi prodi Kedokteran UNNES menjadi lembaga pendidikan kedokteran bermutu yang mampu menghasilkan dokter unggul, handal dalam Kedokteran Digital, dan siap mengabdi di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (ST)/ daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK) akan mampu memberikan kontribusi nyata pada pembangunan nasional sumber daya manusia tenaga medis.
Dr dr Azam juga menjelaskan mengenai profil lulusan prodi kedokteran UNNES yang akan menjadi ahli Teknologi Kedokteran Digital dan menjadi praktisi profesional, pungkasnya.