Bangsa Indonesia dan dunia pada saat ini sedang menghadapi suatu era disruption (disrupsi), situasi di mana pergerakan dunia industri atau persaingan kerja tidak lagi linear. Perubahannya sangat cepat, fundamental dengan mengacak-acak pola tatanan lama untuk menciptakan tatanan baru, serta sarat lompatan.
Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES) Prof Dr Fathur Rokhman MHum menyampaikan hal itu dihadapan 927 wisudawan Program Doktor, Magister, Sarjana, dan Diploma Periode II Tahun 2018, Selasa (15/5) di Auditorium kampus Sekaran Gunungpati, Semarang.
UNNES meluluskan sebanyak 927 orang terdiri atas 30 orang Doktor, 88 orang Magister, 803 orang Sarjana, dan 6 orang Diploma III.
Lulusan terbaik program Sarjana (S1) peringkat I Adhitiya Faradila Program Studi (Prodi) Pendidikan Ekonomi (Pendidikan Akuntansi) Indek Prestasi Kumulatif (IPK) 3,93, peringkat II Dewi Setyowati Prodi Pendidikan Ekonomi (Pendidikan Administrasi Perkantoran) IPK 3,91, dan peringkat III Meilani Eka Arintaningtyas Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar IPK 3,88.
Sedangkan lulusan terbaik tingkat Doktor (S3) dan Magister (S2) Sri Setyarini Prodi Ilmu Pendidikan Bahasa (Bahasa Inggris) IPK 3,97 predikat Dengan Pujian dan Budi Utomo Prodi Ilmu Hukum IPK 3,98 predikat Dengan Pujian.
Prof Fathur mengatakan, disrupsi menginisiasi lahirnya model bisnis baru dengan strategi lebih inovatif dan disruptif. Cakupan perubahannya luas mulai dari dunia bisnis, perbankan, transportasi, sosial masyarakat, hingga pendidikan. Tidak diragukan lagi, disrupsi akan mendorong terjadinya digitalisasi sistem pendidikan. Munculnya inovasi aplikasi teknologi seperti Uber atau Gojek akan menginspirasi lahirnya aplikasi sejenis di bidang pendidikan.
Selain itu, era disrupsi dan revolusi Industri 4.0, yang merupakan suatu peradaban baru bagi manusia akan melahirkan tatanan dunia baru yang juga akan memiliki dampak negatif paling strategis bagi Indonesia. Dalam setiap kemajuan selalu memiliki paradoks yang berbentuk ancaman. Beberapa diantaranya yang paling signifikan adalah ancaman siber atau cyber threats, ancaman biologi atau bio-threats dan ancaman kesenjangan atau inequality threats.
Ancaman tersebut dapat memunculkan bentuk perang Asimetris, Proxy War atau Hibrida, yang secara terstruktur dapat mengancam kedaulatan, keutuhan dan keselamatan segenap bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan kebhinnekaannya. Ancaman-ancaman tersebut dapat menyasar kepada siapa saja termasuk kita semua, yang dapat menyerang pada aspek mental rohani, psikologis, ideologi dan kejuangan serta berdampak secara fisik maupun intelektual. Kita harus peka dan waspada dengan perkembangan fenomena global saat ini yang telah memengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat dan ancaman terhadap suatu negara.
Untuk itulah, era disrupsi dan revolusi Industri 4.0 akan memunculkan pertanyaan kritis, bagaimanakah perguruan tinggi, para alumni Universitas Negeri Semarang khususnya menyikapi era disrupsi ini ke depan? Lalu, pada era disrupsi ini akan menuntut kita untuk berubah atau akan punah? Pada era disrupsi, apakah kita ingin melakukan reshape (membentuk kembali) atau create (mencipta). Kita pun juga memiliki pilihan untuk melakukan keduanya. Ketika Kita memutuskan untuk reshape, maka kita bisa melakukan inovasi dari keunggulan atau layanan yang sudah dimiliki. Apabila kita ingin membuat yang baru, kita harus berani memiliki inovasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Memang terdengar klise, tetapi apabila kita dapat “membaca” situasi dengan baik kemudian melihat peluang yang ada, maka kita pun bisa bertahan pada era disrupsi.
Untuk menjawab dan menghadapi tantangan pada era disrupsi, Universitas Negeri Semarang harus dapat membentuk karakter leadership melalui kepemimpinan bertumbuh. Hal ini dilakukan dengan fase: menumbuhkan benih kepemimpinan, memperkuat pohon kepemimpinan, merangkai jejaring pohon kepemimpinan, serta menguatkan pohon kepemimpinan dari terpaan badai bagi para sarjana, magister, serta doktor. Sebagai lulusan dari Universitas Negeri Semarang marilah jadilah anutan dan selalu menginspirasi bagi sesiapa pun dan di mana pun berada. Tepatlah kiranya, kita memosisikan almamater kita ini sebagai pusat peradaban bangsa yang berkontribusi bagi masa depan Indonesia.