Pembelajaran kewirausahaan atau entrepreneurship harus diintegrasikan di kurikulum nasional. Pasalnya, saat ini Indonesia kekurangan sumber daya manusia (SDM) entrepreneur atau pecipta kerja dan kelebihan pencari kerja.
Hal itu disampaikan Direktur Universitas Ciputra Entrepreneurship Center Ir Antonius Tanan MBA MSc pada Seminar ”Menciptakan Entrepreneur Sejati Dengan Spirit Konservasi” di Kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes), Kamis (2/11).
Sebagai wakil dari Pengusaha Sukses Ir Ciputra, dia menyampaikan, mengapa ilmu kewirausahaan perlu diintegrasikan dalam kurikulum sekolah mulai TK hingga perguruan tinggi?. Sebab ini merupakan langkah dan solusi utama untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.
“Caranya adalah menciptakan sebanyak mungkin manusia pencipta kerja yang mampu mengubah kekayaan alam Indonesia menjadi solusi bagi dirinya sendiri dan solusi bagi orang lain. Untuk menciptakan calon-calon entrepreneur itu dapat diawali dengan dibentuknya ekstrakurikuler bagi siswa di sekolah, kemudian secara bertahap diintegrasikan dengan tiap mapel,” jelasnya.
Langkah berikutnya adalah mengembangkan Entrerpreneurship Center di perguruan tinggi Indonesia. “Dari pusat kewirausahaan yang berada di perguruan tinggi itu mereka dapat mengadakan workshop untuk guru bagaimana mengintegrasikan entrepreneurship dlm pelajaran. Sedangkan pembinaan bagi mahasiswa yaitu dengan memberikan pelatihan dan ketrampilan kepada mereka khususnya di bidang non akademis,” terangnya.
Dari pemerintahan sendiri juga seharusnya menciptakan gerakan nasional budaya dan pelatihan entrepreneurship sejak dini. Sebab ketika peserta didik lulus dari perguruan tinggi, termasuk lulusan yang berasal dari Program Studi Bisnis Manajemen atau Ekonomi Perusahaan malah menjadi pegawai entrepreneur, bukan menjadi wirausaha atau membuka lapangan kerja sendiri.
Dengan demikian perguruan tinggi seperti Unnes mencoba mensinergikan beberapa langkah tersebut dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada mahasiswa, dosen, dan guru serta tentunya dengan spirit konservasi.
“Entrepreneur dengan spirit konservasi ini yaitu selain dibutuhkan karakter pantang menyerah dan selalu melihat tantangan sebagai peluang mereka juga harus memberikan perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari terhadap SDA dan budaya,” ungkap Rektor Unnes Prof Dr Sudijono Sastroatmodjo MSi.
Sumber: Suara Merdeka
Materi seminar bisa diunduh di sini