Universitas Negeri Semarang (UNNES) terus menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan pendidikan berbasis budaya melalui pendekatan etno-pedagogi. Salah satu kontribusi nyata diwujudkan melalui penelitian kolaboratif yang menyoroti nilai edukatif di balik praktik membatik di wilayah Semarang dan Pekalongan.
Penelitian yang dimuat dalam jurnal internasional Cogent Education pada 5 Februari 2025 ini melibatkan dosen lintas fakultas di UNNES, yakni Eko Sugiarto dan Muh Ibnan Syarif dari Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Kemal Budi Mulyono dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), serta Maria Krisnawati dari Fakultas Teknik (FT). Mereka juga bekerja sama dengan Ahmad Nizam bin Othman dari Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan membatik tidak sekadar menghasilkan produk kain, melainkan juga memuat proses pendidikan informal yang kaya akan nilai moral, sosial, sejarah, serta penghormatan terhadap alam dan leluhur.
Melalui proses pewarisan keterampilan membatik, para pengrajin secara turun-temurun menanamkan nilai-nilai seperti kerja keras, kesabaran, penghargaan terhadap alam, dan identitas budaya. Pendekatan etno-pedagogi ini dinilai selaras dengan upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), serta SDG 11 (Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan).
Peneliti menyarankan agar pendekatan ini dapat diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan formal sebagai bagian dari strategi untuk memperkaya pembelajaran, menguatkan identitas kebudayaan lokal, serta menjaga relevansi pendidikan dengan konteks sosial masyarakat Indonesia.
Melalui riset ini, UNNES menegaskan peran penting kearifan lokal sebagai sumber inovasi dalam membangun pendidikan yang bermakna, inklusif, dan berkelanjutan di era globalisasi.




