Sebagai bentuk kontribusi nyata dalam peningkatan kesehatan masyarakat, mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang tergabung dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) kelompok GIAT 12 menyelenggarakan kegiatan skrining dan deteksi dini buta warna bagi remaja di Desa Kalijambe, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang. Kegiatan ini dilaksanakan pada Sabtu (12/7/2025) dan Jumat (18/7/2025), menyasar remaja usia 10 hingga 18 tahun di Dusun Sugihwaras dan Dusun Gowongan.
Program ini merupakan bagian dari upaya promotif dan preventif di bidang kesehatan visual, bekerja sama dengan kader Posyandu serta didukung oleh tokoh masyarakat setempat. Pelaksanaan skrining bertujuan mendeteksi gangguan persepsi warna sejak dini sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mata sebagai faktor penunjang dalam pendidikan dan pemilihan karier.
Skrining menggunakan metode Tes Ishihara, standar internasional yang dikembangkan oleh Dr. Shinobu Ishihara, yang mampu mengidentifikasi gangguan seperti protanopia dan deuteranopia. Setiap peserta membaca 14 plate Ishihara di bawah bimbingan mahasiswa KKN UNNES, dan hasilnya dicatat secara sistematis dengan variabel usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, hingga persentase keberhasilan pembacaan.
Penanggung jawab kegiatan, Tri Ratnawati, menjelaskan bahwa deteksi dini buta warna memiliki peran penting dalam perencanaan studi dan karier.
“Skrining ini merupakan langkah awal dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya mengetahui kondisi persepsi warna sejak usia remaja,” ujarnya.
Antusiasme peserta terlihat sejak awal kegiatan. Para remaja mengikuti proses tes dengan penuh semangat, bahkan aktif berdiskusi mengenai angka dan pola yang muncul pada plate tes. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian terhadap kesehatan mata mulai tumbuh di kalangan generasi muda.
Salah satu mahasiswa pelaksana, Faradicka Husnul Khuluq, menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak berhenti pada pelaksanaan KKN. Buku Tes Ishihara kini disediakan di setiap Posyandu Remaja agar masyarakat dapat melakukan skrining secara mandiri.
“Kami ingin Posyandu menjadi pusat edukasi yang tidak hanya melayani, tetapi juga mendorong perilaku hidup sehat secara berkelanjutan,” jelasnya.
Hasil skrining menunjukkan seluruh peserta di Dusun Gowongan dalam kondisi normal. Fauzia Ghina, salah satu pelaksana lainnya, berharap kegiatan ini menjadi awal dari meningkatnya perhatian orang tua terhadap kesehatan mata anak-anak mereka, terutama dalam mempersiapkan masa depan pendidikan dan pekerjaan.
Rangkaian kegiatan ditutup dengan sesi edukasi bertema neurosains, yang membahas hubungan antara sistem visual dan proses belajar. Mahasiswa KKN, kader Posyandu, dan peserta kemudian melakukan dokumentasi bersama sebagai simbol sinergi yang harmonis antara mahasiswa dan masyarakat.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa UNNES menunjukkan komitmennya dalam mendukung program Kampus Berdampak, dengan turut serta membangun literasi kesehatan masyarakat sejak tingkat desa. UNNES, sebagai universitas berwawasan konservasi dan berorientasi pada keberlanjutan, terus mendorong peran aktif mahasiswa dalam menjawab tantangan sosial melalui kegiatan yang nyata dan relevan.




