Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Negeri Semarang (Unnes), Deasylina Da Ary SPd MSn berpartisipasi dalam festival seni pertunjukan international bertajuk “Melaka Arts & Performance Festival (MAP Fest)”, 22 – 24 November 2013 di Melaka Malaysia.
Kepada unnes.ac.id (6/12), Deasy mengatakan MAP Fest merupakan festival kontemporer inovatif, menampilkan seni pertunjukan termasuk tari & musik, visual art, dan film, yang diselenggarakan E-plus Management Melaka Malaysia. Ia membawakan dua karya tari, yaitu tari tradisional Malang “Topeng Bapang”dan Tari kontemporer “Pangkur”.
Ia juga mengatakan, tari tradisional dipentaskan, selain memperkenalkan tari tradisional Indonesia, juga untuk memberikan pemahaman kepada dunia bahwa tari kontemporer Indonesia dari akar budaya Indonesia yang kuat.
“Inilah yang membedakan bentuk tari kontemporer kita dengan tari kontemporer barat,” kata dosen yang kesehariannya mengajar mata kuliah Pendidikan Seni Tari & Drama pada jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, itu.
Yang menarik dari festival ini, memilih situs bersejarah warisan budaya yang telah diakui UNESCO. Situs ini memberikan ruang artistik kepada seni kontemporer yang dibawa para artis dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda. Melalui kerja kreatif melebur menjadi karya site specific performance bertema “Menghidupkan Sekitar,” ujarnya.
Pertunjukan yang diikuti artis dari 12 negara seperti Australia, Indonesia, Irlandia, Italia, Jepang, Laos, Malaysia, New Caledonia, Perancis, Polandia, Singapura, Thailand ini, mementaskan karya beberapa titik di kota Melaka baik pada sesi mapping dan pertunjukan utama disebut “Cerita Pendek” atau Short Work, imbuhnya.
Gelaran acara ini, juga didukung Kementerian Kebudayaan Malaysia dan Ketua Menteri Melaka Malaysia.
“Pementasan berjalan lancar dan mendapat tanggapan positif dari penonton dan menyampaikan ketertarikan, sampai mereka bercerita ada yang menangis,” lanjutnya.
Deasy juga menambahkan “Selain pementasan, saya juga berpartisipasi dalam forum diskusi dengan pembicara utama Profesor Cheryl Stock.
“Forum ini membahas keberadaan MAP Fest sebagai pusat kerja kreatif untuk seni yang inovatif hubungannya dengan situs bersejarah warisan budaya Melaka,” ungkapnya.
Deasy berharap, langkah baik ini dapat memotivasi teman-teman untuk mengembangkan sayap kiprahnya di dunia seni pertunjukan internasional.
Selengkapnya tentang pertunjukkan ini, silahkan membuka website www.melakafestival.com.
Selamat bu Deasy 🙂