Dosen Jurusan Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Semarang (Unnes) Nugroho Trisnu Brata MHum berkesempatan mempresentasikan makalah dua kali di Malaysia.
Paparan pertama mengusung tema ”Local Wisdom Among Oil Artisanal Miners” pada acara Regional Conference on Local Knowledge, 6-7 Oktober 2013 di Kuala Terengganu.
Sedangkan presentasi kedua berjudul “The Oil and Community Welfare, A Case Study on Oil Distribution Link from People Oil Mining to Consumer”, 11-13 Desember 2013 di Universiti Malaya (UM) kompleks kampus Kuala Lumpur, saat acara “The 5th International Conference on Southeast Asia”.
Berdasar laporan ke unnes.ac.id (16/12), paparan pertama pada konferensi yang diselenggarakan Universiti Sains Malaysia (USM), Nugroho Trisnu Brata menyampaikan, basis data hasil penelitian lapangan di area tambang minyak rakyat di Provinsi Jawa Timur dengan fokus aktivitas kerja masyarakat, kearifan lokal pada masyarakat penambang minyak bumi.
Ia mengatakan tiga hal, teknologi yang digunakan masyarakat untuk menambang minyak bumi, dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas bekerja menambang minyak, dan struktur kerja di daerah Tambang Minyak Rakyat.
Trisnu Brata juga menjelaskan, aktivitas bekerja yang dijalani oleh masyarakat bisa menjadi pintu masuk bagi peneliti untuk mengetahui konteks masyarakat. “Aktivitas kerja penambang minyak di ladang tambang minyak rakyat (TMR) dijadikan studi kasus tentang budaya kerja,” tambahnya
Ia juga berkata, fenomena penambangan minyak bumi masyarakat ini menjadi “wacana tandingan” bagi mainstrem penambangan minyak bumi yang seharusnya dimonopoli oleh negara.
Presentasi kedua, Nugroho Trisnu Brata, M.Hum yang juga mantan Koordinator Humas Unnes 2007-2009 memaparkan masyarakat yang bekerja pada mata rantai distribusi minyak bumi.
Ia mengemukakan, nominal penghasilan masyarakat tersebut, mampu menyejahterakan masyarakat, bisa mencukupi kebutuhan sandang pangan keluarga, membeli sepeda motor, menyekolahkan anak, dan memiliki rumah.
Akan tetapi pekerjaan itu bukan pekerjaan “bergengsi”, baju dan badan kotor, bau minyak, lokasi di tengah pegunungan dan hutan jati, serta udara sangat panas. “Itu gambaran suasana pekerja, jauh dari rasa nyaman dan enak,” ungkap Trisnu Brata.