Kesibukan Agung Pambudi pada akhir Mei 2014 lalu meningkat drastis. Selain harus menyiapkan ujian doktoralnya di Kyusu University, ia juga harus melayani permintaan wawancara dari sejumlah media Jepang. Permintaan wawancara mengalir setelah alumni Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik (FT) Unnes ini meluncurkan aplikasi pemburu produk halal bernama HalalMinds.
Diberitakan Bloomberg Bussinesweek, HalalMinds telah menyita perhatian pemerhati teknologi di Jepang. Aplikasi ini diprediksi memiliki prospek bisnis yang baik karena mampu memecahkan persoalan serius yang banyak dialami Muslim di dunia. HalalMinds adalah aplikasi smartphone yang dapat mendeteksi produk halal.
Fitur utamanya adalah scanner barcode yang bisa digunakan saat belanja di supermarket. Pengguna tinggal memindai barcode produk, secara otomatis scan langsung melacak database dari sekitar 500.000 item untuk menentukan apakah produk tersebut sarat bahan halal atau tidak.
Agung sebetulnya bukan dari jurusan teknologi informasi. Riset S3-nya bahkan tentang “Energi dan Analisis Exergy dari Pembangkit Listrik Panas Bumi”. Tapi berangkat dari kegelisahannya mengenai unsur sake dan daging babi yang ada di hampir semua produk di Jepang mendorongnya menciptakan aplikasi halal. HalalMinds kini tersedia untuk sistem operasi Android sejak 3 April dan iOS iPhone sejak 28 April.
Layanan ini akan membantu mahasiswa dan masyarakat muslim secara umum yang tinggal di Jepang—bahkan negara lain—untuk mencari produk halal sesuai dengan aturan Islam. Data yang dihimpun HalalMinds, kini tersebar 150.000 muslim di Jepang dan lebih dari 1 juta muslim menjadi turis di Negeri Sakura. Pengunjung muslim datang dari Malaysia, Indonesia, dan Timur Tengah.
Tak hanya produk halal, sistem buatan Agung ini pun menawarkan informasi restoran halal, kompas kiblat, dan ayat-ayat Al-Qur’an. Kendati baru tersedia dalam bahasa Inggris, hingga bulan lalu sudah lebih dari 1.100 yang mengunduh aplikasi tersebut sejak diluncurkan.
Kolaborasi Pengusaha Jepang
Proses riset HalalMinds berawal ketika Agung mengunjungi Startup Weekend, forum kongko para wirausahawan bidang teknologi informasi. Dalam forum muda-mudi itulah, Agung dikenalkan dengan Dai Oshiro yang merupakan Chief Executive Officer Whatz.jp, komunitas pendatang dan masyarakat lokal di Jepang.
Dai Oshiro juga satu almamater dengan Agung di Kyushu tapi dari Departemen Ekonomi. Pria sipit ini juga mengikuti ajang Startup Weekend, keduanya pun menjadi akrab. Agung kemudian menceritakan ide membuat aplikasi halal yang akhirnya dikembangkan bersama hingga saat ini. Dari pertemuan intens dan kesamaan visi itu, HalalMinds terbentuk melalui bendera Kyushu Lab.
“Saya yakin, upayanya membuat aplikasi ini menjadi langkah besar bagi masyarakat muslim,” kata Dai melalui e-mail.
Berdirinya HalalMinds tak pernah disangka karena begitu cepat terealisasi. Sejak lama Agung bercita-cita ingin mendirikan perusahaan rintisan (startup) internasional, tapi buta dari mana awalnya.
“Ayah ibu saya hanya seorang pendidik. Saya sendiri tidak ada relasi ke sana, yang ada hanyalah impian. Tapi pada tahun terakhir saat saya ikut Startup Weekend, dari sana saya banyak bertemu dengan teman-teman dari Jepang yang memiliki mimpi sama,” cerita Agung pada Bloomberg.
Ia kadang harus pintar-pintar mencuri waktu. Biasanya malam hari selesai dari lab, Agung mengembangkan HalalMinds. “Karena di tim ini saya-lah yang muslim, kadang tidak ada diskusi tentang ini dengan anggota lain. Mangkanya sebenarnya saya perlu teman lain yang bisa mewujudkan ide-ide saya.”
Agung mendapat dukungan dari Hironori Goto, warga Jepang yang pernah bekerja di bekerja di Panasonic Communication Co. Ltd. Goto memiliki pengalaman panjang di bidang TI karena lebih dari 20 tahun ia bertanggung jawab dalam pengembangan desain, rencana produk untuk perangkat keras, lunak, servis jaringan, dan proyek bisnis baru. Goto juga pernah bekerja sebagai Advanced Demonstration Project Leader di Fukuoka IST, Industry, Science & Technology Foundation.
Selamat ya bapak Agung, mudah-mudahan dengan karya terbaik ini menjadikan Unnes menggloball, perlu apresiasi. yang tinggi bagi kita semua terhadap dosen terbaik,….tks
Selamat Pak Agung Pambudi, Alumni Teknik Mesin Unnes yang mampu berkarya di tingkat International……. Alumni Unnes lainnya seperti Mbak Raeni, dkk semoga segera menyusul…. turut memantapkan visi Unnes menjadi World Class University.. Amin..
Pak Agung, selamat ya, mudah-mudahan makin sukses. Ada kalimat yang sepertinya sedikit agak kurang pas (krn kurang penjelasan) yaitu ““Ayah ibu saya hanya seorang pendidik” mungkin kurang tepat. Harusnya “kata hanya” dihilangkan, pendidik kan profesi bagus, bermartabat dll. Anda juga pendidik kan? he he he guyon saja, salam sukses.
Oh ya “buat penjaga gawang” website Unnes. Tmksh. Berita menginspirasi bagi banyak orang terutama mahasiswa Unnes. Kalau boleh tahu Pak Agung alumni Unnes S-1 atau S-2, lulus tahun brp dan sekarang bekerja di mana? siip. salam sukses buat Unnes. Salam konservasi
Great achievement
Thank you very much