Pangeran Bedalem! Manuta dakrangkeng daksowanake sinuwun Brawijaya ing Majapahit! Yen sira dianggep luput, aku kang bakal nyuwunake pangentheng-entheng pidanamu! Setelah itu, terjadilah perang, dipungkasi Bedalem yang mati di tangan Gusti Patih Haryo Pramada.
Sebelumnya, Kembang Sore yang ditemani beberapa emban, begitu gelisah karena Lembu Peteng lama tak berkabar via BBM (Blackberry Messenger) kepadanya.
Fragmen-fragmen itu disajikan mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa FBS Unnes yang mementaskan drama tradisional Jawa. Pementasan pada festival ketoprak semester V tersebut mereka selenggarakan sebagai syarat ujian mata kuliah pengkajian drama Jawa tradisional.
Dalam pementasan yang diselenggarakan mulai Jumat hingga Sabtu sore (6-7/1) itu, disajikan 5 lakon berbeda. Para mahasiswa itu mencoba menjejalkan isu-isu terkini ke dalam pementasan tradisi mereka.
Seperti dikutip di laman jawa.unnes.ac.id, pentas dimulai Jumat pukul 14.00, di gedung B1 FBS Unnes. Pada hari itu, ditampilkan lakon Kembang Sore, dan Suminten Edan. Lakon terakhir mampu membuat gayeng suasana pementasan. Suminten yang diperankan oleh Puput, mampu membawa penonton tertawa lepas. Dengan ke-“gila”-annya, dia bahkan menarik salah satu dosennya, Drs Widodo ke panggung. Mengajak berjoget hingga beberapa saat. Tak sia-sia, Puput merebut pemeran utama wanita terbaik.
Pada lakon Kembang Sore, Adi Pati Kalang yang berwatak licik dan serakah, diperankan oleh Bangkit Samodra Aji, dinobatkan sebagai pemeran pria terbaik.
Hari kedua, Jaka Tarub membuka pementasan. Mengusung lakon yang telah banyak dipahami khalayak, sekelompok mahasiswa yang membawakannya pun mampu memikat penonton dengan pembawaan karakter yang mengena. Tak kalah menarik, setelah itu, Prodi Sastra Jawa mengangkat lakon Cindhelaras.
Drama ditutup dengan pementasan Damarwulan. Dalam lakon ini, beberapa konflik disajikan secara apik. Terbunuhnya Damarwulan oleh Layang Seta dan Layang Kumitir diadegankan secara maksimal, didukung iringan yang nampak menyatu berikut tata cahaya yang matang.
Yusro Edy Nugroho, pengampu mata kuliah sakaligus Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa mengungkapkan, pementasan ini setidaknya dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa. “Nantinya, kegiatan seperti ini akan sangat bermanfaat bagi kalian,” ungkapnya.
Dia juga mengatakan, pengalaman mementaskan drama akan berguna ketika membelajarkannya di sekolah tempat mengajar. “Ada hal-hal positif di dalamnya yang dapat kita ambil. Misalnya kedisiplinan, mengelola diri juga siswa nantinya,” katanya.
mbalela!!!
mbalela!!!
mbalelaaaaaa!!!!!!!
keren untuk sajian ketopraknya,,,, selamat dan sukses selalu buat semua mahasiswa BSJ ’09.
Rojithel mbalela..
cmungudt cmungudt
semester 5 keren..
menumbuhkan semangat berbudaya anak muda melalui kethoprak,,,,,ternyata generasi muda juga bisa bermain kethoprak dengan baik,,,,selamat teman2,,,,basa jawa jaya wijayanti,,,,,
Betul-betul layak jual, teruskan perjuangannya.
siiip
“emban, aku seneng banget kakang Lembu Peteng wis BBM aku. . . ” wkwkwkwk 😀