Puncak peringatan Bulan Bahasa dan Seni Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang (UNNES) menjadi momentum spesial dengan peresmian gedung baru yang disertai berbagai acara budaya, termasuk pawai mahasiswa dan pagelaran wayang kulit. Hal ini menggambarkan kekayaan tradisi dan komitmen UNNES dalam mengembangkan seni serta budaya akademik.
Pagelaran wayang bertema Semar Mbabar Jati Dhiri melibatkan mahasiswa UNNES berbakat, yakni Muhammad Farhan Alfawwas dari Prodi Pendidikan Seni Musik, Yunus Abdul Jabbar dari Prodi Bahasa dan Sastra Jawa, serta Sindhunata dari teater Lingkar Semarang. Lakon ini dipilih untuk menggambarkan pentingnya pengenalan jati diri dan filosofi hidup, sejalan dengan nilai-nilai pendidikan yang ditanamkam.
Dekan FBS, Prof. Dr. Tommi Yuniawan, M.Hum., menegaskan bahwa pergelaran wayang bukan sekadar hiburan, melainkan langkah nyata untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik yang sarat makna dan nilai-nilai luhur.
“Wayang adalah cermin kehidupan dan warisan budaya yang abadi turun-temurun. Di sini, wayang bukan hanya seni, tetapi juga sarana pembelajaran yang menanamkan nilai kearifan lokal pada generasi muda. Dengan wayang, kita belajar bagaimana cara berpikir, bertindak, dan menghargai jati diri bangsa,” tegasnya.
Dirinya juga mengapresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pembangunan gedung baru ini.
“Atas nama dosen, tendik, mahasiswa dan segenap pimpinan FBS, kami mengucap rasa syukur yang setinggi-tingginya kepada bapak rektor. Selanjutnya, kami meminta arahan terkait sarana dan prasarana dalam memperindah gedung ini untuk proses pembelajaran,” ujarnya.
Disisi lain, Rektor UNNES, Prof. Dr. Martono, M.Si., berharap gedung ini dapat memperkuat fasilitas akademik dan budaya.
“Dengan diresmikannya gedung baru ini diharapkan bisa mendorong, menopang, dan menguatkan puncak Bulan Bahasa dan Seni. Gedung ini kita nikmati untuk pembelajaran dan aktivitas seni budaya terutama di FBS,” harapnya.
Gedung baru FBS yang memiliki luas 3.047 meter persegi ini dilengkapi dengan 32 ruang pembelajaran yang terdiri dari 27 ruang kelas, laboratorium, ruang guru besar, ruang ujian, dan ruang pendukung lainnya. Pembangunan gedung ini rampung dalam 164 hari, menunjukkan upaya serius untuk memberikan fasilitas yang menunjang kebutuhan akademik dan budaya mahasiswa.
Reporter: Satria Wahyu Kusuma