Di ruang pertemuan desa Nongkosawit, Gunungpati, Semarang, puluhan foto tanaman langka dipajang. Ajang tersebut sebagai wujud keprihatinan atas makin minimnya salah satu jenis keragaman hayati yang banyak di antaranya berumur ratusan tahun itu.
Pada pagi harinya, kesenian jaranan dimainkan di sebuah pelataran desa. Ratusan warga berikut komunitas hijau se-Jawa Tengah khidmat menyaksikan seni tradisi.
Pukul 14.30 WIB mereka berpindah tempat di antara gambar digital tanaman langka yang telah dicetak. Rabu (13/6) siang, sarasehan merembuk berbagai masalah lingkungan hidup dimulai. Sucipto Hadi Purnomo, Kepala UPT Humas Unnes waktu itu datang mewakili rektor. Selain dia, Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Prof Sudharto juga datang sebagai pembicara.
Sucipto mengemukakan, Unnes melalui visi konservasi tidak hanya berkutat pada masalah menanam, merawat, dan melestarikan aneka pohon. Namun perilaku keseharian hendaknya pula mencerminkan sikap hidup berbudaya untuk menjaga tata nilai yang telah ada. “Semua itu akan mencerminkan perilaku manusia sebagai makhluk yang sejatinya berbudaya,” tandasnya.
Mengenai berbagai keprihatinan terhadap kondisi alam yang muncul seiring tak acuhnya perilaku manusia pada bumi, ia mengajak semua kalangan untuk intospeksi diri. “Hendaknya sarasehan dan kegiatan seperti ini dimunculkan juga pada daerah-daerah kritis. Tidak hanya pada wilayah yang subur seperti Gunungpati ini,” ujarnya.
Menangis
Dalam kesempatan itu Prof Sudharto menceritakan, dirinya sempat menangis ketika pepohonan nan rindang di area perumahannya di tebang. “Suatu ketika saya tak bisa hadir dalam kerja bakti, pohon-pohon yang dianggap mengganggu jalan ‘dihabisi’. Itu membuat suasana jadi gersang. Saya menangis, kepada siapa saya harus mengadu,” katanya.
Ketua Panitia Warsono mengatakan, secara proaktif dirinya telah meminta sumbangan kepada siapa pun untuk ikut menjadi ‘pengasuh’ pohon langka. “Satu pohon langka dikenakan biaya Rp250 ribu pertahun untuk perawatan tanaman langka itu. Pengelolaannya akan kami serahkan langsung kepada ketua RT di mana pohon itu tumbuh,” ujarnya dihadapan beberapa anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Jateng itu.
Menurut Warsono, dengan bantuan dari Unnes, segenap pegiat lingkungan hidup di wilayah Gunungpati akan terus berupaya mewujudkan Nongkosawit sebagai desa wisata. “Susana Gunungpati yang masih sejuk, dan alamnya yang masih terjaga akan kita maksimalkan untuk hal itu. Apalagi Unnes secara aktif pula membantu dengan melakukan penanaman pohon secara berkala,” ujar Warsono.
“Selayaknya pula kita sadar, masyarakat Indonesia makin sulit diatur. Mungkin salah satu penyebabnya kondisi bumi yang makin panas,” katanya.
Prof Sudharto itu bukan rektor, tapi mantan rektor.
Salam
Lha, apa rektor yang Rektor Undip, Prof. Sudharto P Hadi, MES, PhD. sudah diganti ??