Kendala yang acap kali menghadang dalam membuat film adalah dana. Hal itu sebenarnya bisa disiasati dengan cara independen, yakni tanpa terikat kepentingan komersil. Film independen merupakan ajang berlatih bagi sineas.
Sebab, selain banyak tantangan, masalah yang muncul bisa diatasi dengan komunikasi yang baik antar kru maupun pemain. Para sineas muda juga harus menguasai teknik dasar dalam membuat film, seperti teknik pengambilan gambar, penulisan skenario, dan memperhatikan unsur etika, estetika, dan nilai moral film.
Setidaknya itulah yang menjadi garis besar paparan Haryanto Corakh, seorang penulis skenario film layar lebar dan produser film Emak Ingin Naik Haji, pada workshop penulisan skenario film dan buku, belum lama ini. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Komunitas Sinema Semarang (KSS) bekerja sama dengan Laboratorium Usmar Ismail Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes itu diikuti puluhan peserta dari berbagai kota.
Pada kesempatan itu, Haryanto membagikan buku skenario yang masih dalam proses penggarapan, Unlimited Love. “Biasanya filmnya tayang dulu baru buku skenarionya, kali ini buku skenario dulu baru filmnya,” kelakarnya.
Dia mengapresiasi film pendek nasional yang beberapa tahun terakhir berkembang sangat pesat. “Inilah saat yang tepat bagi para sineas muda untuk berkreasi menciptakan karya film,” kata alumni Institut Kesenian Jakarta (IKJ) itu.
Ketua KSS Jessy Saptono mengungkapkan, kegiatan ini merupakan kegiatan awal dan bagian dari rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan selanjutnuya. “Kegiatan besar yang akan kita selenggarakan yaitu Festival Film Semarang yang rencananya digelar Juni 2012,” paparnya.
Kegiatan juga diisi dengan pemutaran film Emak Ingin Naik Haji dilanjutkan workshop dan tanya jawab yang dipandu moderator Bambang Hengky dari PRO TV.