Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES) Prof Fathur Rokhman MHum meluncurkan Pusat Kajian Budaya Pesisir Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) dalam acara Seminar Akademik Konservasi Budaya Pesisir yang digelar di Dekanat FBS, Rabu (18/7). Kegiatan diikuti oleh dosen dan mahasiswa dari UNNES dan kampus lainnya.
Seminar tersebut menghadirkan pembicara budayawan D Zawawi Imron, dalang muda asal Rembang Ki Sigid Ariyanto SSn, antropolog yang juga dosen UNNES Moh Yasir Alimi PhD, dan peneliti seni pesisir yang juga dosen UNNES Dr Agus Cahyono. Seminar dimoderatori oleh dosen FBS Dr Zaim Elmubarok.
Ketua Pusat Kajian Budaya Pesisir FBS Dr Triyanto MA mengatakan belakangan ini muncul banyak sikap intoleran di tengah masyarakat, ingin menang sendiri, bahkan saling menghasut dan memfitnah. “Oleh karena itu kami ingin berusaha untuk mengungkapkan kearifan lokal kembali. Bahwa banyak hal yang bisa kita teladani dari nilai-nilai yang terkandung dalam kearifan lokal, termasuk dari budaya pesisir,” ujarnya.
Untuk itu, Triyanto berharap seminar ini dapat mengungkap nilai-nilai budaya pesisir yang relevan sesuai konteks zaman. UNNES memiliki perhatian terhadap budaya pesisir karena secara strategis berada di wilayah pesisir. Selain itu, penelitian atas budaya yang berpusat pada negarigung, yaitu keraton sebagai pusat kebudayaan, sudah banyak dilakukan.
Dekan FBS Prof Agus Nuryatin mengatakan, kegiatan ini juga untuk menyongsong Bulan Bahasa pada bulan Oktober nanti. Gagasan untuk membuat Pusat Kajian Budaya sudah muncul dua tahun yang lalu melalui seminar dan penelitian. Dekan meminta agar pusat kajian ini memberi kontribusi positif terhadap ilmu pengetahuan.
Menurut Rektor, sebuah perguruan tinggi akan dikenal luas karena kontribusi keilmuan para dosen di dalamnya. Ia terus mendorong agar dosen mengasah dan memberi kontribusi itu dalam berbagai forum ilmiah.