Kemajuan zaman dengan pesat sangat mempengaruhi aspek kehidupan manusia baik dalam sisi positif maupun negatif. Salah satunya adalah dalam segi budaya.
Dampak negatif yang bisa kita rasakan adalah mulai masuknya budaya dari luar yang menggerus budaya lokal kita sehingga banyak generasi muda tidak tahu akan kearifan lokal daerahnya sendiri.
Berangkat dari hal itu, Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) Universitas Negeri Semarang (UNNES) melakukan inovasi penggunaan media pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Semampir 1, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora menggunakan kesenian daerah asli Blora, yaitu kentrung.
Program yang dinamai dengan “pitutur kentrung” ini selain dapat melestarikan kearifan lokal diharapkan mampu meningkatkan kemampuan bahasa integratif pada siswa sekolah dasar.
Pitutur Kentrung dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Dimulai dengan penyusunan modul sesuai dengan kurikulum, validasi modul oleh ahli, validasi uji keterbacaan soal, persiapan pre-test dan post-test, dan pelatihan kesenian kentrung kepada para guru.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada murid kelas 5 SD, didapat hasil adanya peningkatan kemampuan berbahasa anak ketika menggunakan kesenian kentrung sebagai media pembelajaran daripada menggunakan pembelajaran konvensional.
Tim dari UNNES ini diketuai oleh Muhammad Ilyas Nurul Haq dengan anggota Novita Kurnia Putri, Fanny Eka Saputri, Abdilah Firda Yuliza, dan Nasma Sania yang semuanya berasal dari prodi Psikologi.
Mereka dibimbing oleh Ibu Yogi Swaraswati, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing.
Mahasiswa berharap inovasi penggunaan kentrung dapat meningkatkan kemampuan bahasa integratif siswa sekolah dasar sekaligus melestarikan kesenian lokal.
Selain itu, Tim Pitutur Kentrung berharap dapat meraih kesuksesan hingga Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) serta modul yang telah disusun dapat menjadi acuan bagi Dinas Pendidikan setempat dalam pembelajaraan bahasa integratif berbasis kesenian lokal.
Reporter: RN Anisah