Kebijakan green transportation di kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes) Sekaran telah mengubah “cara hidup” seluruh warga kampus. Dari sliwar-sliwer dengan kendaraan, warga kampus dibiasakan jalan kaki atau bersepeda. Sebagai cara membiasakan diri, cara ini diakui baik.
“Agar tujuan baik ini tercapai perlu dilakukan sejumlah evaluasi. Memang sebuah kebijakan pasti ada yang suka atau tidak,” Prof Dr Kasmadi Imam Supardi MS menandaskan hal itu saat menjadi pembicara mewakili dosen senior pada Refleksi Akhir Tahun 2013 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unnes, Senin, (30/12), di gedung D4 fakultas tersebut.
Harapan ini mencuat karena banyak dosen FMIPA yang membawa berkas saat mengajar ataupun rapat-rapat dinas. “Jika harus jalan kaki dari tempat parkir ke fakultas, diakui beberapa dosen, cukup melelahkan,” kata profesor manajemen pendidikan kimia itu.
Pada refleksi yang dipandu Pembantu Dekan Bidang Akademik Dr Edy Cahyono MSi itu juga digunakan untuk menyampaikan gagasan dan keluhan, dari urusan kamar mandi, paving yang semakin licin , kebijakan parkir, jadwal mengajar yang sering tabrakan dengan jadwal di Program Pascasrjana dan layanan pasca cetak.
Dosen pendidikan Fisika yang menjadi pembicara mewakili dosen yunior Dr Masturi MSi misalnya, menyampaikan tidak adanya layanan pasca cetak, “dosen disuruh menulis buku lalu mencetak, tapi tidak ada layanan pasca cetak. Akibatnya dosen harus menjual buku pada mahasiswa,” katanya.
Menanggapi hal itu, Rektor Unnes Prof Dr Fathur Rokhman didampingi Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Prof Dr Masrukhi MPd dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Prof Dr Totok Sumaryanto F MPd mengaku senang mendengar saran dari siapapun. Berbagai saran akan ditampung sebagai bahan membuat keputusan untuk menumbuhkan budaya adademik.
“Bagi seorang pemimpin, lebih mudah memberi pengarahan daripada mendengarkan. Saya ingin belajar mendengar saran Bapak Ibu sekalian,” katanya.
Profesor sosiolinguistik ini mengaku berbagai prestasi telah dicapai Universitas Konservasi di bawah pimpinan Prof Sudijono Sastroatmodjo. Sebagai penerus ia berkewajiban mempertahankan sekaligus meningkatkan kinerja yang telah dicapai.
“Saya ingin menjadi Rektor yang mengedepankan musyawarah untuk setiap kebijakan di kampus konservasi ini,” katanya.
Ya setuju dengan keluhan, jalan paving blok yang licin. Mohon untuk dicarikan solusi yang tepat agar menjadi sarana jalan kaki yang nyaman dan nggak khawatir terpeleset. Klo jalannya bagus, paling tidak bisa nyaman untuk jalan … dan mengurangi rasa lelah seperti yang disampaikan Prof Kasmadi, apalagi jika di sepanjang jalan paving dihiasi dengan tanaman hias dalam pot yang bagus.
Info yang menarik dan pantas di simak
Jika ingin tetap diteruskan, jangan lupa juga kesadaran dari petinggi sekalian. Masih banyaknya petinggi yang sembarangan nyelonong naik motor bahkan mobil yang masuk seenaknya. Dikhususkan yang berplat hitam, namun plat merah pun demikian. Egoisnya para pelanggar itu membuat pejalan kaki kesal. Kami para mahasiswa yang ingin menerobos saja ditahan oleh satpam, apkah satpam tidak berani menghalangi petinggi yang egois itu? Peraturan ini diciptakan untuk siapa sih?
untuk mendukung kebijakan unnes yang ramah terhadap lingkungan hidup yang asri perlu didukung dengan berbagai sarana dan prasarana yang memadai…karena selama ini masih ada beberapa fasilitas yang saya rasa kurang memadai ….seperti paving yang digunakan untuk pejalan kaki masih banyak yang berlumut dan licin ( sehingga membahayakan ) ….penataan tamanyang apik dibeberapa fakultas dan jurusan kurang diperhatikan ….dan banyak sepeda yang seharusnya mendukung kebijakan go green justru mangkrak dan terkesan seperti besi tua…..mohon perhatiannya dari pak rektor…terima kasih…
Belum lagi ditambah mobil-mobil tertentu yang bisa mudah sliwar-sliwer dengan alasan bawa barang, padahal cuma 1 orang tanpa barang yang berat.
Perlu disediakan selasar dari gedung ke gedung dan dari gedung ke tempat parkir terdekat, agar bila hujan deras semua orang dapat dengan nyaman berjalan di area kampus. Plus, perlu diperbanyak kendaraan semacam mobil golf seperti yang ada sekarang, yang aksesibel bagi semua civitas academica, ada dan berkeliling ke seluruh wilayah gedung kampus Unnes.
alangkah bagusnya jika dibangun banyak kanopi dengan atap transparan di antara gedung-gedung terutama di fakultas2…antara tempat parkir dengan halte bis……untuk mengantisipasi jika hujan….tidak perlu basah-basah jika tidak membawa payung….dosen tidak perlu terlambat masuk kelas karena hujan….
kebijakan ini “green campus” bukankah ini bersifat menyeluruh dan merata? kalau bapak ibu dosen bilang capek, mahasiswa juga capek, ini sudah jadi konsekuensi yang harus ditanggung bersama. Mohon kebijaka ini untuk ditinjau ulang, kalau mau tetp danjutkan ya harus konsekuen, semua harus kena, baik dosen atau mahasiswa semua sama saja, tak boleh memasukkan kendaraan bermotor ke area kampus, meski itu pejabat unnes atau pejabat yang bertandang ke unnes. Kalau tidak sanggup lebih baik dihapuskan saja kebijaka ini. saya sudah muak dengan pejabat atau dosen yg dengan bebas lalu lalang di sekitar unnes dengan mobil pribadi mereka.
saran saudara diatas benar sekali ,,hanya saja saya menambahkan,sebaiknya bus UNNES juga diganti bahan bakar nya..percuma mahasiswa dilarang menggunakan kendaraan yang kandungan polusinya lebih kecil, malah diganti dengan transpotasi yang menggunakan bahan bakar yang lebih parah( bus UNNES)..
di tahun 2014 ini sebaiknya bis UNNES di jual saja dan di gantikan dengan pepohonan untuk gantinya mengurangi polusi,,kan sama saja bertujuan untuk mengurangi polusi bahkan ada nilai keindahannya jg, dan SEMISAL ada kendaraan yang memakai bahan bakar solar,di larang masuk!!!
selama fasilitas belum memadai, mungkin untuk efisiensi waktu motor dan mobil masuk kampus kembali. saya eman2 melihat mobil-mobil yang bagus kudanan kepanasan. sembari motor dan mobil masuk kembali ke kampus sarana prasarana sambil diperbaiki.
Yang jadi problem bagi dosen bukan karena lelahnya berjalan, tetapi terkurasnya waktu terlalu banyak karena harus berjalan kaki dan menunggu bis, mana bisnya sering kelamaan ngetem, sopirnya lelah, minum kopi sambil merokok, dosen dan mahasiswa nungguiiin seperti sekumpulan domba “Shaun the Sheep” tak berdaya, sambil menyaksikan sang sopir yang seolah tidak tahu kalau sedang ditunggu. Memang bisa dimaklumi, sopir juga manusia yang energinya terbatas dan mereka juga cuma korban sistem. Belum lagi kalau baterai remote control LCD habis, sedang almari stok bahan terkunci, tidak leluasa beli baterai ke warung terdekat. Kalau dulu butuh sesuatu mendadak bisa lari dengan motor mak wheerrr, sekarang ibarat bekicot dikrangkeng. Mahasiswa itu apa gak sadar kalau waktu pelayanan untuk mereka berkurang buaanyak sekali pasca portalisasi.