Semarang (23/10) Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M.) dituntut untuk menjadi seorang lulusan yang memiliki profil Manager, Innovator, Researcher, Apprenticer, Communicator, Educator, dan Leader. Selama ini kalangan kesehatan masyarakat mengenalnya dengan MIRACLE. Banyak tugas dan tanggung jawab yang sudah menunggu para S.K.M. Salah satu di antaranya adalah Continuum of Care sejak bayi lahir hingga dewasa, yang saat ini masih banyak permasalahan. Dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI) di Kota Semarang, bahkan Jawa Tengah, menjadikan bukti bahwa upaya kesehatan masyarakat (UKM) belum berjalan secara optimal. Atas dasar inilah, Gubernur Ganjar meresmikan program 5NG, yang dikenal dengan Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng.
Isu terkini kesehatan dan tantangan serta prospek S.K.M. tersebut menjadi diskusi utama dalam Talkshow Kesehatan 2016, yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat (Hima IKM), dengan tema “Keprofesian S.K.M Menentukan Produktivitas Ahli Kesehatan Masyarakat”. Kegiatan ini didasari keinginan mahasiswa untuk mengetahui tantangan dan prospek kerja S.K.M serta perkembangan terkini profesi kesehatan masyarakat nasional, seperti ujian kompetensi dan STR.
Pembicara yang hadir dalam acara tersebut adalah M. Arie Wuryanto, S.K.M., M.Kes(Epid). dari IAKMI Pengda Jateng dan dr. Mulyo Prasedyo, M.H. selaku Kepala Bidang Bindal Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, dan dimoderatori oleh Lukman Fauzi, M.P.H. dari Departemen Epidemiologi dan Biostatistika IKM Unnes.
Harapannya, talkshow ini dapat memberikan pengetahuan dan perkembangan terkini tentang isu kesehatan dan keprofesian bagi calon-calon sarjana kesehatan masyarakat, sehingga di masa depan terlahir seeorang ahli kesehatan masyarakat yang MIRACLE untuk membangun bangsa ini (Masnuh).