Semarang (20/5) Jurusan IKM telah banyak menghasilkan alumni sarjana kesehatan masyarakat yang telah mengabdi di berbagai sektor, baik kesehatan maupun nonkesehatan. Beberapa di antaranya bertugas sebagai garda terdepan menjadi tim gugus tugas penanganan COVID-19 di wilayah kerjanya masing-masing. Aktivitas dan pengalaman para alumni dalam penanganan COVID-19 dapat menjadi bahan pembelajaran yang dapat dibagikan kepada para mahasiswa dan praktisi kesehatan. Hal inilah yang menjadi dasar Ikatan Keluarga Alumni Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKA-IKM) bekerja sama dengan Jurusan IKM FIK UNNES dan didukung oleh Himpunan Mahasiswa (Hima) Jurusan IKM untuk menyelenggarakan kegiatan Live Webinar “Belajar dari Alumni” dengan tema “Lesson Learned Penanganan COVID-19 dari Alumni yang Menjadi Garda Terdepan Melawan COVID-19”.
Pembicara sekaligus alumni yang diundang adalah Dian Wisnu Wardani, S.K.M. yang bertugas di KKP Kelas II Cilacap, Angger Luhung Nur Fadlilah, S.K.M. yang bertugas di UPTD Puskesmas Kampunglaut, Cilacap, Yulia Stevani, S.K.M. yang bertugas di Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet, Jakarta, dan Muhammad Azinar, M.Kes. sebagai Ketua IKA-IKM UNNES. Fokus pembahasan dalam live webinar ini adalah pengalaman penanganan COVID-19 di ranah pelabuhan, komunitas, dan rumah sakit rujukan.
Dengan peserta sebanyak 250 melalui Zoom Cloud Meetings dan kanal Youtube, live webinar ini diikuti oleh 120 alumni dan 130 mahasiswa. Pada saat pembukaan, Dr. Irwan sebagai Ketua Jurusan IKM menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada IKA-IKM UNNES yang telah menginisasi live webinar ini. “Saya sangat berharap di lain kesempatan akan banyak seri kegiatan yang melibatkan alumni dan mahasiswa yang diinisiasi IKA-IKM, baik secara daring maupun luring”, tambahnya.
Salah satu pembicara, Dian Wisnu Wardani, S.K.M., menyampaikan dalam paparannya bahwa selama pandemi ini, pemeriksaan kedatangan kapal menjadi semakin diperketat dari biasanya. Salah satunya dengan protokol pemeriksaan kapal 2 mil dari bibir pelabuhan. Hal ini menjadikan tim KKP termasuk Dian harus menaiki boat sejauh 2 mil menuju kapal yang akan diperiksa. Ditambah dengan tantangan ombak dan tingginya kapal yang harus dipanjat oleh tim. “Pernah kami memanjat kapal dengan tangga monyet di tengah lautan yang ombaknya tinggi, bahkan tingginya hampir sama dengan tinggi 3 pohon kelapa”, tutur Dian.
Angger juga menjelaskan tantangan pemutusan rantai penularan COVID-19 di masyarakat pesisir. Angger dan tim harus melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat agar masyarakat mengerti, memahami, dan melakukan upaya pencegahan COVID-19. “Hampir tiap hari, kami melakukan contact tracing dan komunikasi risiko kepada para ODP dan PDP, termasuk yang mudik ke daerah Kampunglaut”, unggap Angger.
Tantangan juga dihadapi Vani yang bertugas di rumah sakit rujukan Wisma Atlet. Vani dan tim harus sering menerbitkan protokol baru kepada para relawan dan tenaga medis yang bertugas di rumah sakit rujukan wisma atlet menyesuaikan dengan dinamika di lapangan. “Protokol dekontaminasi tenaga medis dari zona merah yang akan berpindah ke zona kuning harus dilakukan dengan ketat. Kalau tidak, penularan justru akan terjadi di antara tenaga medis dan relawan” paparnya.
Kontributor: Lukman Fauzi