Semarang (16/6) Kuliah tamu seri 3 diselenggarakn dengan mengundang Prof Suleman Atique, Ph.D. dari Univeristy of Ha’il, Saudi Arabia. Tema yang diangkat adalah Public Health Surveillance during Hajj. Tema ini sangat menarik karena manajemen surveilans kesehatan masyarakat dalam penyelenggaraan haji sangat berbeda dengan kondisi biasa, apalagi haji dalam situai pandemi COVID-19.
Mulai tahun ini, Kerajaan Saudi Arabia membuka ibadah haji, namun hanya untuk warga Saudi Arabia dengan beberapa ketentuan yang ketat. “Jamaah haji harus memenuhi kriteria di antaranya berusia 20-65 tahun, tidak memiliki riwayat penyakit kronis, tidak obesitas, tidak sedang hamil, dan harus negatif COVID-19 menurut pemeriksaan PCR”, papar Prof Suleman.
Selain syarat di atas, Kerajaan Saudi Arabia juga menerapkan sistem surveilans berbasis elektronik, yaitu Health electronic surveillance network (HESN) dan Electronic statistical system for Hajj (CITREX). Beberapa ritual ibadah haji yang dilaksanakan juga harus menerapkan protokol kesehatan, seperti penyediaan makanan kemasan (tanpa prasmanan), tidak berbagi peralatan pribadi, tidak ada sentuhan fisik ke Kabah dan permukaan lainnya, penyediaan kerikil steril untuk setiap jamaah untuk ritual lempar jumrah, dan penyediaan sajadah untuk penggunaan individu.
Kontributor: Lukman Fauzi
