Berbagi Cerita SKM Penggerak Desa: Masyarakat Ternyata Belum Tahu Bahwa Batuk, Bersin, dan Cuci Tangan itu Ada Aturannya

Universitas Negeri Semarang > Faculty of Medicine > Berita > Berbagi Cerita SKM Penggerak Desa: Masyarakat Ternyata Belum Tahu Bahwa Batuk, Bersin, dan Cuci Tangan itu Ada Aturannya

Cirebon (16/9) PKL Komunitas tahun ini tentu sangat berbeda dengan tahun sebelumnya, dimana mahasiswa dapat menjalankan PKL di tempat tinggalnya masing-masing, dan mahasiswa boleh melakukannya secara individu atau kelompok. Tentu pengalaman baru ini dapat dikatakan menjadi tantangan terbesar untuk mengabdi di daerah sendiri. Masyarakat yang sudah mengetahui, seharusnya tidak menjadi sulit mengabdi di desa sendiri. Namun kenyataannya tidak sesuai seperti di lapangan, terutama bagi yang melakukan pengabdian sendiri, di desa sendiri.

Cirebon tepatnya di Desa Durajaya RT 01 RW 01 Kecamatan Greged, saya melakukan PKL Komunitas. Saya memilih 3 focus target setelah dilakukan Need Assessment, yaitu A1 (Membentuk Relawan RT), A2 (Melakukan Edukasi Tentang COVID-19), A3 (Melakukan Sosialisasi AKB di Sektor Perdagangan). Banyak tantangan yang saya hadapi saat melakukan ketiga focus target tersebut. Karakteristik dari masyarakat desa yang tidak takut dengan adanya virus COVID-19, kurangnya pengetahuan masyarakat dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah, dan tidak adanya edukasi atau informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan merupakan beberapa tantangan yang dihadapi. Tantangan tersebut menjadikan masyarakat desa mudah sekali terpengaruh oleh berita hoax yang menyebar di berbagai sosial media terutama di grup WhatsApp keluarga.

Pengalaman menarik saat saya terjun langsung ke masyarakat yaitu saat saya memberikan edukasi seputar COVID-19, seperti beberapa masyarakat menolak untuk diedukasi, beberapa masyarakat sulit ditemui saat door to door, bahkan saat mengunjungi rumah rumah warga. Saya pernah dianggap sebagai sales, karena berpakaian hitam putih. Pernah juga ada yang mengira bahwa saya pegawai bank yang akan memberikan pinjaman dana, atau mendata warga, sampai akhirnya saya perkenalkan diri saya sebagai mahasiswa Jurusan IKM.

Tidak sedikit juga masyarakat yang salah paham dan tidak mengeal apa itu Jurusan IKM. Masyarakat menganggap saya adalah petugas kesehatan seperti perawat atau bidan karena saya membawa alat pengukur tekanan darah. Tidak sedikit yang menganggap saya sebagai petugas kesehatan puskesmas yang akan memberi obat penurun darah tinggi. Bahkan hampir semua warga saat saya kunjungi selalu minta obat penurun tekanan darah kepada saya, jika tekanan darah mereka tinggi setelah dilakukan pemeriksaan.

Pemberian edukasi tentang COVID-19 saya lakukan selama 3 kali. Edukasi pertama saya jelaskan mengenai pengertian, tanda gejala, dan upaya pencegahan. Banyak pula masyarakat yang masih ngeyel saat saya berikan edukasi tentang etika batuk dan bersin, serta cuci tangan 6 langkah menurut WHO. Masyarakat belum paham bahwa sekedar batuk, bersin, dan cuci tangan saja ada aturannya. Masyarakat juga menganggap hal tersebut terlalu menyusahkan.

Kegiatan sosialisasi di pasar pun mendapatkan respon yang baik dari warga terutama saat pengecekan tensi darah. Sedikit cerita dari PKL Komunitas yang saya lakukan di daerah saya. Sejatinya tantangan terbesar atau hambatan dalam kegiatan ini ada pada diri sendiri, terutama yang melakukan PKL sendiri. Awalnya selalu tidak percaya diri, seakan diri ini tidak mampu melakukan dan melaksanakannya dengan sendiri. Terlalu banyak hal sederhana yang diperumit oleh pikiran sendiri. Kenyataannya, setelah dijalani ternyata kita mampu menjawab tantangan yang ada di lingkungan sendiri.

Related Posts

Leave a Reply

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas:

GDPR

  • Privacy Policy

Privacy Policy