Semarang, Oktober 2025 — Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Negeri Semarang (UNNES) menjalin kolaborasi riset internasional dengan Faculty of Education, University of Melbourne melalui penelitian bertajuk “Documenting Teachers’ Critical Perspective in Early Childhood Education/Studies.” Riset ini menjadi bagian dari upaya penguatan kajian pendidikan anak usia dini (PAUD) berbasis perspektif kritis di Indonesia.
Penelitian kolaboratif ini diketuai oleh Ali Formen, S.Pd., M.Ed., Ph.D., dengan anggota tim Fathin Farah Fadhilah, M.Psi., dan Salma Aulia Khosibah, M.Pd. Dari pihak mitra internasional, penelitian melibatkan Prof. Marek Tesar dari University of Melbourne. Kegiatan riset tersebut didukung pendanaan dari DPA UNNES Tahun 2025.
Kajian ini dilatarbelakangi oleh kondisi praktik PAUD di Indonesia yang masih cenderung menekankan pendekatan tradisional dan pencapaian kognitif. Sementara itu, perkembangan pendidikan anak usia dini di tingkat global telah mengarah pada penguatan kemampuan berpikir kritis, reflektif, serta nilai-nilai keadilan sosial sejak usia dini.
Ali Formen menjelaskan bahwa penelitian mengenai perspektif kritis dalam PAUD hingga kini masih didominasi oleh kajian dari negara-negara Barat. “Indonesia masih sangat terbatas dalam penelitian yang secara sistematis mengkaji bagaimana guru dan akademisi memahami serta mempraktikkan perspektif kritis dalam pendidikan anak usia dini,” ujarnya.
Penelitian ini menerapkan metode campuran (mixed-method), dengan mengombinasikan survei kuantitatif dan wawancara kualitatif. Survei dilakukan melalui adaptasi instrumen Teachers’ Beliefs about Children, Schools, and Teaching Inventoryserta Teacher Attitudes to Discrimination in Language Education Scale (TADLES) untuk memetakan orientasi pendidikan guru PAUD, baik yang bersifat akademik, progresif, maupun berbasis komunitas.
Selain itu, wawancara mendalam dilakukan terhadap akademisi Indonesia yang aktif mengembangkan kajian kritis di bidang PAUD. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan analisis tematik guna mengidentifikasi pola keyakinan serta pemahaman konseptual guru terhadap perspektif kritis dalam konteks lokal Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas guru PAUD masih memiliki orientasi akademik dan berfokus pada struktur pembelajaran. Sementara itu, pendekatan progresif dan kritis masih relatif rendah. Meski demikian, penelitian juga menemukan adanya indikasi berkembangnya kesadaran kritis di kalangan guru, khususnya terkait pentingnya keadilan sosial dan pembelajaran yang bersifat partisipatif.
Salma Aulia Khosibah mengungkapkan bahwa temuan tersebut menunjukkan potensi besar yang dimiliki guru PAUD. “Banyak guru sebenarnya memiliki modal awal untuk menjadi pendidik yang kritis. Namun, mereka belum mendapatkan ruang refleksi dan dukungan sistemik untuk mengembangkan pola pikir tersebut,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa lembaga pendidikan dan pelatihan guru perlu menyediakan ruang dialog dan refleksi agar guru dapat belajar dari pengalaman serta realitas sosial di sekitarnya.
Penelitian ini diharapkan menjadi langkah awal dalam pengembangan kerangka konseptual perspektif kritis pada pendidikan anak usia dini di Indonesia. Ke depan, hasil riset akan digunakan sebagai dasar penyusunan modul pelatihan guru, pengembangan kursus daring terbuka (Massive Open Online Course/MOOC), serta program pengembangan profesional bagi pendidik PAUD.
Fathin Farah Fadhilah menegaskan bahwa guru PAUD memiliki peran strategis sebagai agen perubahan sosial. “Dengan perspektif kritis, guru dapat mendampingi anak-anak untuk tumbuh menjadi pembelajar yang sadar, adil, dan mampu berpikir secara mandiri,” tuturnya.
Dalam jangka waktu lima tahun mendatang, tim peneliti berencana mengembangkan penelitian ini menjadi peta jalan pembentukan Working Group on Critical Perspectives in Early Childhood Education. Selain itu, tim juga akan menyusun modul pembelajaran kritis serta memperluas jejaring kolaborasi internasional guna memperkuat kapasitas guru dan dosen PAUD di Indonesia.




