Melbourne, 19 November 2025 — Fakultas Pendidikan University of Melbourne dipenuhi suasana antusias dan energi akademik ketika lebih dari 200 dosen, profesor, peneliti, mahasiswa, dan praktisi kesejahteraan berkumpul untuk menghadiri peluncuran buku Wellbeing Literacy: Theory and Practice through Multidisciplinary and Transdisciplinary Lenses yang diterbitkan oleh Routledge. Buku yang dieditori oleh para pemimpin global dalam bidang wellbeing—Lindsay G. Oades, Narelle Lemon, Jacqui Francis, dan Tim Lomas—ini menjadi kontribusi penting bagi kajian kesejahteraan global dan selaras dengan beberapa Sustainable Development Goals (SDGs) PBB, terutama SDG 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan), SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), SDG 10 (Pengurangan Kesenjangan), dan SDG 17 (Kemitraan untuk Mewujudkan Tujuan).

Dalam jajaran kontributor internasional tersebut, tim peneliti dari Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang dipimpin oleh Dr. Siti Nuzulia menjadi sorotan melalui chapter mereka berjudul “Exploring Wellbeing Literacy among Javanese Undergraduates.” Sebagai salah satu dari empat panelis undangan, Dr. Nuzulia memaparkan temuan kunci dari penelitiannya, menghadirkan perspektif budaya dan spiritual yang memperkaya wacana global mengenai literasi kesejahteraan.
Dalam presentasinya, Dr. Nuzulia menjelaskan bahwa literasi kesejahteraan mahasiswa Jawa dibentuk oleh nilai-nilai budaya yang sangat kuat—mulai dari landasan spiritual yang tercermin dalam konsep ikhlas, sabar, alhamdulillah, dan suwung; keharmonisan relasional dalam prinsip rukun; hingga komunikasi santun yang tertanam dalam tingkatan bahasa ngoko–krama. Ia juga menyoroti bagaimana generasi muda Jawa menegosiasikan ruang antara tradisi dan modernitas, membentuk bahasa kesejahteraan hibrida yang memadukan kearifan leluhur dengan konsep kesejahteraan kontemporer.
Pesan inti beliau menantang model-model literasi kesejahteraan yang berpusat pada perspektif Barat, mengingatkan audiens global bahwa kesejahteraan bukan hanya persoalan individu atau bahasa, tetapi juga merupakan fenomena budaya, relasional, dan kontekstual. Kontribusi ini sejalan dengan SDG 10 (Pengurangan Kesenjangan) karena mengangkat kerangka budaya yang selama ini kurang terwakili dalam percakapan akademik global. Presentasi tersebut mendapat respons dan pertanyaan kritis dari para peserta yang tertarik pada perspektif pengetahuan lokal, variasi budaya dalam ekspresi kesejahteraan, serta arah penelitian lintas budaya di masa depan.
Selain diskusi akademik, peluncuran buku ini menjadi ruang strategis untuk memperkuat kemitraan internasional. Percakapan antara tim UNNES dan para akademisi University of Melbourne membuka peluang kolaborasi baru, mulai dari penelitian bersama, co-teaching, pertukaran dosen dan peneliti, program mobilitas mahasiswa, hingga inisiatif bersama dalam literasi kesejahteraan lintas budaya. Inisiatif-inisiatif ini mencerminkan semangat global dari SDG 17 (Kemitraan untuk Mewujudkan Tujuan), menunjukkan bagaimana perguruan tinggi dapat berkolaborasi untuk memajukan prioritas global melalui pendidikan dan pertukaran pengetahuan.
Peluncuran buku ini juga menegaskan pentingnya literasi kesejahteraan sebagai kemampuan transformatif dalam pendidikan, selaras dengan SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) dan SDG 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan). Para peserta memuji pendekatan multidisipliner dan transdisipliner buku ini, yang dinilai mampu membentuk kerangka pendidikan yang lebih inklusif dan berpusat pada manusia. Literasi kesejahteraan diposisikan sebagai kemampuan yang memungkinkan individu dan komunitas untuk mengomunikasikan, menafsirkan, dan mengembangkan pengalaman kesejahteraan dalam konteks budaya yang beragam.
Bagi UNNES, momen ini merupakan tonggak penting bagi kontribusi Indonesia dalam penelitian pendidikan global. Dengan mengangkat filosofi budaya Jawa ke panggung internasional, tim peneliti UNNES menunjukkan kekayaan, kedalaman, dan relevansi global dari penelitian Indonesia. Keterlibatan ini menegaskan pentingnya riset kesejahteraan yang berbasis budaya dalam membangun masyarakat yang lebih sehat, setara, dan berkelanjutan di seluruh dunia.




