Psikologi UNNES-Student Immersion merupakan bagian dari program unggulan International Undergraduate Program (IUP) Psikologi UNNES, yang bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan wawasan dan pengalaman global melalui interaksi langsung dengan institusi pendidikan dan budaya luar negeri.
Pada tahun 2025 ini, Thailand menjadi salah satu negara tujuan Student Immersion, tepatnya di Lab School, Kasetsart University. Kelima mahasiswa yang tengah menjalani program tersebut ialah; Aggacitto, Maria Indah Pratiwi, Furqany Al Haque Qory Nabiel, Nadia Ismoyorini, dan Renatta Fayza Alam.
(Gambar 1. School Tour – Welcoming Indonesian Students)
Kegiatan ini akan berlangsung selama kurang lebih satu bulan, dimulai pada tanggal 25 Juni 2025 hingga tanggal 25 Juli 2025, dengan mencakup berbagai kegiatan akademik maupun kebudayaan yang bertujuan untuk memperluas wawasan serta pengalaman lintas budaya mahasiswa.

(Gambar 2. Pertemuan Resmi – Welcoming Indonesian Students)
Foto diambil saat sesi pertemuan resmi antara mahasiswa IUP Psikologi UNNES dan perwakilan Lab School Kasetsart University. Pertemuan ini menjadi bagian dari orientasi awal sebelum mahasiswa mengikuti rangkaian program akademik dan pertukaran budaya.
Mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk mengikuti berbagai macam kegiatan, meliputi aktivitas akademik seperti observasi dan interaksi di kelas, serta kegiatan budaya bersama siswa dan tenaga pendidik di sekolah mitra. Para peserta juga terlibat dalam school tour, pertemuan resmi dengan pihak kampus, hingga proyek individu dan kolaborasi antarnegara. Melalui ragam aktivitas tersebut, mahasiswa dapat memperluas perspektif global dan memperkuat keterampilan komunikasi lintas budaya.
Program ini tidak hanya bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan mahasiswa terhadap praktik pendidikan dan psikologi lintas negara, tetapi juga meningkatkan pengembangan soft skills seperti kemampuan beradaptasi, nilai-nilai toleransi, komunikasi lintas budaya, dan kolaborasi internasional.
Salah satu peserta, Nadia Ismoyorini membagikan pengalaman berkesannya selama mengikuti Student Immersion di Lab School, Kasetsart University. Momen yang menurutnya paling berkesan sepanjang program adalah kegiatan proker individu di level primary school. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, seluruh proker mahasiswa dikolaborasikan dalam satu hari penuh, sehingga mereka dapat berinteraksi bersama dengan siswa sepanjang hari secara intensif.
Tak sampai di situ, mahasiswa UNNES juga mendapat kesempatan untuk mengikuti aktivitas bersama mahasiswa Vietnam, yang dapat memperkaya pengalaman lintas budaya. “Kami sempat belajar Bahasa Thailand, nyoba alat musik, dan tarian tradisional mereka,” ujar Nadia.
Tantangan yang dihadapi selama program ini salah satunya adalah dalam hal komunikasi antarbahasa. Untuk memudahkan pemahaman peserta didik dan guru di sekolah mitra, mahasiswa menyiapkan materi dalam dua bahasa, yakni Bahasa Inggris dan Bahasa Thailand. Dalam prosesnya, mereka juga didampingi oleh student teacher yang membantu menjelaskan setiap kegiatan. Selain itu, teknologi seperti Google Translate dan komunikasi non-verbal seperti gesture juga menjadi alat bantu dalam menyampaikan pesan dengan efektif.
Dari pengalaman ini, Nadia menekankan pentingnya keterampilan beradaptasi dan toleransi terhadap budaya yang berbeda. “Kalau di kelas kita cuma belajar konsep atau studi kasus, di sini aku beneran ngalamin sendiri gimana caranya menghargai budaya, berkomunikasi dengan cara yang baru, bahkan hal sederhana seperti cara menyapa atau aturan sopan santun mereka,” ungkapnya.
Sebagai penutup, Nadia menyampaikan pesan bagi mahasiswa yang ingin mengikuti program serupa di masa mendatang. Menurutnya, kesiapan bukan hanya soal kemampuan bahasa atau fisik, tetapi juga keberanian untuk membuka diri terhadap pengalaman baru. “Coba ikut kegiatan lokal, jangan sungkan atau takut buat buka obrolan. Justru dari situ bakal dapet pengalaman dan perspektif lebih,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa pengalaman seperti ini bukan sekadar menjalani program, melainkan kesempatan untuk bertumbuh, belajar langsung dari perbedaan, dan memperluas cara pandang terhadap dunia. Dengan semangat adaptif dan rasa ingin tahu yang tinggi, setiap interaksi bisa menjadi momen bermakna yang membentuk diri dan perspektif baru mengenai kehidupan global.



