(Sumber: Dok. Pribadi)
Empat mahasiswa UNNES telah menyelesaikan program magang di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr. Arif Zainudin, Kota Surakarta. Program tersebut berlangsung selama tiga bulan, dimulai pada 7 April hingga 7 Juli 2025.
Selama menjalani program, mahasiswa mengikuti berbagai kegiatan profesional yang memperkaya wawasan dan kecakapan di bidang psikologi klinis. Beberapa kegiatan utama yang dilaksanakan di antaranya melakukan screening terhadap pasien di bangsal. Screening ini bertujuan untuk menilai kesiapan pasien mengikuti program rehabilitasi. Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui wawancara dan observasi langsung, sehingga informasi yang didapat bersifat aktual. Hal ini dilakukan untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam berinteraksi dengan pasien.
Di samping itu, mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk menjadi tester dalam berbagai asesmen psikologi, seperti tes klinis, intelegensi, dan asesmen keperluan pendampingan kasus tertentu. Dengan pengalaman menjadi tester secara langsung, mahasiswa diajarkan pentingnya menyampaikan instruksi dengan jelas dan sabar, khususnya kepada pasien dengan kondisi khusus.
Selain pengalaman akademik, lingkungan rumah sakit yang mendukung menjadi salah satu hal yang berkesan selama magang. “Staf rumah sakit dan pasien yang sudah kooperatif selalu menyambut dengan hangat ketika berinteraksi di poli psikologi, bangsal ataupun di tempat rehabilitasi. Bahkan, beberapa pasien inget nama-nama kami, mahasiswa magang,” ujar salah satu mahasiswa yang mengikuti program ini, Sekar Pudjiastuti.
Meski demikian, mahasiswa juga mengalami beberapa tantangan, salah satunya adalah rasa takut dan canggung saat pertama kali harus berinteraksi dengan pasien di bangsal. “Pertama kali masuk ke bangsal itu masih takut untuk ngobrol sama pasien. Takut kalau pasien yang diajak ngobrol belum kooperatif, tetapi setelah berjalannya waktu mulai terbiasa dan beradaptasi. Cara mengatasinya juga mulai berani untuk bertanya tanpa mengharapkan respon yang bagus atau lainnya,” ungkapnya. Hal lain yang cukup menjadi tantangan ketika menjalani magang adalah ketika menjadi tester untuk alat tes yang sebelumnya hanya dikenal melalui teori. Namun, dengan bimbingan staf dan sharing sesama mahasiswa magang lintas kampus, hambatan ini dapat teratasi.
Di akhir wawancara, Sekar membagikan beberapa tips untuk mahasiswa yang berkeinginan menjalani magang serupa, mulai dari mempelajari profil rumah sakit dan layanan yang tersedia, hingga kesiapan mental dalam menghadapi pasien dengan beragam kondisi. Ia berpesan, “Jangan sungkan untuk bertanya jika ada yang tidak dimengerti. Dan yang paling penting, dengarkan cerita pasien dengan penuh empati tanpa menghakimi.”



