KONTRADIKTIF PROTOKOL KESEHATAN DENGAN USAHA REDUKSI ISU LINGKUNGAN

Universitas Negeri Semarang > FEB UNNES > KONTRADIKTIF PROTOKOL KESEHATAN DENGAN USAHA REDUKSI ISU LINGKUNGAN

Pandemi COVID-19 sudah berlangsung lebih dari satu tahun lamanya. Belum ada prediksi tepat kapan pandemi akan menjadi endemic dan membuat kegiatan di masyarakat berjalan seperti sedia kala. Pada awal pandemi, seluruh lapisan masyarakat diharapkan untuk tetap berdiam diri dalam rumah, termasuk dalam hal bekerja dan seluruh tingkat pendidikan. Namun keadaan tersebut membuat resesi ekonomi yang buruk dengan pertumbuhan ekonomi sebenar -5,32% pada triwulan II tahun 2020. Pukulan keras terhadap perekonomian nasional diakibatkan banyaknya perusahaan yang harus mengurangi produksi akibat aturan pembatasan kegiatan masyarakat besar-besaran. Hal tersebut juga menyebabkan banyak perusahaan memberlakukan PHK massal sebagai akibat berkurangnya keuntungan yang didapatkan, pengangguran semakin tinggi dan kontribusi pendapatan terhadap pertumbuhan ekonomi semakin berkurang.

Tidak ingin terjebak dalam resesi yang semakin dalam, pemerintah mulai memberlakukan penerapan new normal, dimana masyarakat diperbolehkan melakukan aktivitas di luar rumah terutama untuk bekerja dengan penerapan protokol kesehatan ketat. Penerapan protokol kesehatan ini termasuk dalam selalu menggunakan masker dan selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer. Bahkan menjaga jarak dan melakukan penyemprotan disinfektan secara rutin juga dianjurkan untuk menjaga diri dari virus yang semakin menyebar luas. Sayangnya, penerapan protokol kesehatan yang disosialisasikan secara massif, tidak diimbangi dengan sosialisasi kepedulian lingkungan. Aturan terbaru mengenai penggunaan masker, menetapkan penggunaan masker kain tidak efektif dalam menangkal virus COVID-19. Sehingga disarankan bagi masyarakat untuk menggunakan masker medis yang notabene merupakan masker sekali pakai dengan intensitas penggantian adalah 4 (empat) jam sekali. Saat ini, produksi masker sekali pakai diproduksi besar-besaran untuk memenuhi permintaan pasar. Tetapi, jika dibuang dengan tidak benar, masker sekali pakai akan menjadi limbah yang dapat membahayakan lingkungan.

Hingga bulan Juni 2021, tercatat manusia telah menghasilkan limbah masker sebanyak 2,8 juta setiap menitnya. Jika sampah plastik telah menemukan titik terang upaya daur ulangnya, sampah masker belum memiliki protokol resmi untuk mengelolanya. Jika tidak dibuang untuk daur ulang atau setidaknya memiliki protokol resmi pembuangan limbah masker, maka sampah masker akan memiliki nasib seperti sampah plastik lainnya yang akan bermuara disistem air tawar bahkan lautan. Limbah masker sekali pakai sama bahayanya dengan sampah plastik lainnya. Limbah masker yang menumpuk akan melepaskan zat kimia dan biologi yang berbahaya bagi manusia, hewan, bahkan tumbuhan seperti logam berat ataupun mikro-organisme patogen. Terlebih masker sekali pakai ini dikonsumsi memang bertujuan untuk melindungi manusia dari virus COVID-19 yang merebak.

Pada lingkup medis, limbah masker memang sudah tertangani dengan baik karena sudah merupakan kebiasaan untuk mengatasi limbah yang dihasilkan dari fasilitas kesehatan dengan melakukan pemusnahan limbah. Namun bagi masyarakat awam, hal ini termasuk dalam kegiatan baru yang mereka belum paham. Akan lebih baik jika aturan penerapan protokol kesehatan dibarengi dengan pengetahuan protokol penjagaan lingkungan, salah satunya memberikan pengetahuan tentang pembuangan masker sekali pakai agar tidak memberikan dampak negatif di tahun-tahun ke depan. Peran pemerintah, akademisi, serta masyarakat umum sangat dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dengan tetap menjaga diri dari virus COVID-19. Pembuangan limbah bisa diterapkan sistem yang sama dengan yang dilakukan fasilitas kesehatan terlebih bagi rumah tangga dengan pasien COVID-19, atau bisa juga didasarkan dengan pengumpulan limbah masker pada beberapa titik khusus. Limbah masker yang telah dikumpulkan, akan ditangani oleh pihak yang ditunjuk untuk melakukan penghancuran limbah. Pengembangan penelitian untuk menghasilkan masker sekali pakai dari bahan alami juga disarankan untuk menghadirkan masker sekali pakai yang mudah diurai jika terbuang tanpa protokol pembuangan resmi.

Leave a Reply

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: