Konservasi ala Negeri Singa

Universitas Negeri Semarang > FEB UNNES > Konservasi ala Negeri Singa

Pada sebuah film dokumenter yang tayang di salah satu saluran TV berlangganan, ada cerita menarik. Sebuah cerita yang menggambarkan perjuangan negara tetangga, Singapura, untuk memiliki hutan hujan mereka sendiri. Sebuah mimpi yang hampir mustahil diwujudkan, mengingat terbatasnya lahan dan tentu saja lokasi geografis yang sangat tidak mendukung.

Mimpi itu, secara perlahan mulai terwujud, saat otoritas negeri Singa itu, akhirnya memutuskan untuk membangun sebuah taman impian, laksana hutan hujan tropis, lengkap dengan ribuan jenis tanaman yang didatangkan dari seluruh penjuru dunia. Tidak hanya itu, mereka juga mendesain sebuah air terjun buatan setinggi 40 meter, yang meluncur deras dari sebuah bangunan futuristik dengan sebuah lubang raksasa di tengahnya. Gilanya lagi, semua konsep taman hutan hujan itu, hanya berjarak selemparan batu dari Bandar Udara Changi, yang dikenal sebagai salah satu Bandara tersibuk di dunia.

Singkat cerita, Singapura akhirnya berhasil merubah sesuatu yang mustahil menjadi kenyataan. Diresmikan pertama kali pada tahun 2019, lokasi yang kemudian dikenal sebagai Jewel Changi Airport itu, menjelma menjadi salah satu ikon bangunan buatan manusia yang sangat menakjubkan. Menurut rilis Wikipedia, komplek retail dan hiburan bertema alam itu, memiliki air terjun di dalam ruangan terbesar di dunia, yang kemudian di kenal dengan nama “The Vortex”. Sementara di sekelilingnya juga dilengkapi sejumlah taman dengan tema tema unik, pusat hiburan, hotel, serta lebih dari 300 retail dan tempat makan dengan total area sekitar 135.700 meter persegi.

Menariknya lagi, Jewel Changi Airport, hanya sejak enam bulan sejak dibuka, telah dikunjungi oleh lebih dari 50 juta pengunjung, yang berarti memiliki sekitar 300.000 pengunjung per hari. Angka ini tercatat jauh melampaui target pengunjung di tahun pertama yang diperkirakan mencapai 40 juta pengunjung per tahun. Mega Proyek ini tercatat menghabiskan dana 1,7 miliar Dolar Singapura, dan ajaibnya tidak satu sen pun menggunakan dana Pemerintah maupun uang pajak rayat.

Bagi saya, ini seperti terbangun dari mimpi panjang. Seperti tersengat, lalu tersadar bahwa terwujudnya sebuah impian adalah hasil dari 1% gagasan, dan 99% kerja keras.

Jika negeri tetangga saja bekerja demikian keras untuk membangun sebuah taman hutan hujan, lalu bagaimana kah sekarang kabar sebuah negara, yang dikaruniai Tuhan dengan jutaan hektar hutan hujan tropis, justru malah seakan berlomba untuk mencabutnya hingga habis tak bersisa?

Bayu Bagas Hapsoro, S.E., M.M (Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang)

Leave a Reply

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: