Oleh Ahmad Nurkhin
Pagi itu jadwal mata kuliah metodologi penelitian. Terlintas di pikiran, sepertinya ada “masalah” menarik untuk dibahas di kelas. Selain “masalah-masalah” penelitian yang sudah disiapkan mahasiswa. Dalam perjalanan dari gedung L menuju gedung C6, banyak dosen dan mahasiswa yang berlalu lalang menuju ke ruang perkuliahan masing-masing.
Ketika mereka berpapasan, antara dosen dan mahasiswa khususnya, apakah mereka saling menyapa?
Satu “harapan” saat pengamanan akan dimulai. Dan apa yang terjadi?
Eksplorasi tentang fenomena “senyum, sapa, salam” mengawali diskusi ringan kelas metodologi pagi itu. Karena memang pada hari itu saatnya mengidentifikasi dan menemukan “masalah” penelitian. Apa hubungannya dengan fenomena yang teramati “senyum-sapa-salam” (atau sebut 3S)?
UNNES telah menasbihkan diri sebagai universitas konservasi sejak satu dekade terakhir. Salah satu pilarnya adalah konservasi budaya. Dan telah tersusun dengan baik sebuah pedoman atau ketentuan tentang perilaku konservasi, untuk mahasiswa dan karyawan (termasuk dosen tentunya). Seharusnya, perilaku 3S telah menjadi budaya bagi warga UNNES. Kepada siapapun di jalan, ketika bertemu budaya 3S tidak akan canggung dilakukan. Seharusnya. Apalagi warga UNNES adalah masyarakat Indonesia yang dikenal ramah dan santun.
Sebagian besar mahasiswa menyatakan berusaha untuk 3S ketika berpapasan dengan dosen yang dikenal. Dengan dosen atau tendik yang tidak dikenal, sebagian besar mahasiswa cuek dan tidak berusaha untuk tersenyum. Dengan sesama mahasiswa, mereka juga hanya 3S pada yang dikenal saja. Fenomena yang menarik untuk dicermati dan diperhatikan. Oleh kita semua, yang ada di dunia konservasi UNNES.
3S bisa dimaknai bentuk penghormatan mahasiswa terhadap dosennya, entah mengenal atau tidak. Kebiasaan baik 3S akan terbawa ke dunia sehari harinya kelak. Jika kepada dosen dan tendik yang tidak dikenal saja bisa membudayakan 3S dengan baik, maka mahasiswa akan mampu membiasakan diri untuk murah tersenyum atau mudah menyapa kepada siapapun. Ini budaya kita. Ramah dan santun. Kepada siapapun.
Hmmm… begitulah “kita”. Sepertinya apa yang dilakukan oleh sebagian besar mahasiswa adalah cerminan tingkah laku dosen atau gurunya. Ketika berjalan dan kemudian berpapasan dengan orang lain (sekali lagi; dikenal atau tidak), sebagian besar kita adalah cuek. Kita asyik dengan gadget di tangan atau sok melihat ke arah lain. Tidak berusaha menebar senyum ramah, apalagi menyapa dan memberikan salam.
Kita adalah warga kampus konservasi. Ada baiknya (sudah seharusnya) perilaku konservasi ada dalam diri kita. Terwujud dalam ucapan dan tindakan. Dan pada akhirnya mencipta suasana yang “adem” sesungguhnya. Antar warga saling senyum ramah dari hati yang terdalam. Bukan untuk mendapatkan perhatian, apalagi imbalan.
Hmmm.. begitulah “kita”?
Terakhir, seringkali kita melihat “sampah” kecil bertebaran di lantai. Dan kadangkala kita menemukannya saat dalam perjalanan di kampus. Apa yang kita lakukan?
Hmmm.. begitulah “kita”..
Mari, kita jawab sendiri dengan sejujurnya. Tulisan ini adalah pengingat untuk penulis khususnya. Semoga bermanfaat.