Saat ini perubahan iklim dan sampah plastik sedang menjadi trending topic yang hangat dibicarakan oleh dunia, khusunya Indonesia. Banyak orang yang mengeluhkan tentang cuaca ekstrim, bencana alam yang belakangan ini sering terjadi, juga terdapat banyak lautan sampah/laut yang dipenuhi sampah plastic, dan kematian hewan/fauna darat maupun laut akibat menelan banyak sampah plastik. Tentu fenomena-fenomena seperti ini menjadi peringatan sekaligus ancaman bagi keselamatan bumi dan keberlangsungan hidup manusia.
Banyak dari kita yang sebenarnya menyadari bahwa perubahan iklim yang ekstrim ini terjadi karena aktivitas-aktivitas manusia sendiri yang menyebabkan emisi karbon di atmosfer meningkat, seperti penggunaan kendaraan bermotor, penggunaan alat-alat elektronik atau yang menggunakan listrik, pembangunan rumah kaca, dan kegiatan-kegiatan industri di pabrik dan perkantoran. Bukan hanya kegiatan yang menambah konsentrasi gas rumah kaca, tetapi juga banyak kegiatan manusia yang menghambat penyerapan gas karbon oleh pohon, diantaranya ialah pembukaan lahan untuk pertanian dan kawasan industri, pembabatan hutan mangrove untuk dijadikan tambak, dan penebangan hutan tanpa reforestation. Fenomena lautan sampah juga disebabkan karena pemakaian plastik secara berlebihan oleh manusia. Namun, kesadaran itu tidak diiringi dengan kepedulian, dengan alasan karena kebutuhan sehingga masih banyak dari kita yang tetap melakukan kegiatan yang bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Perlu diketahui, perubahan iklim disebabkan oleh pemanasan global, yaitu naiknya konsentrasi gas rumah kaca (CO2, NO, NO2, CFC) yang mengakibatkan suhu di bumi menjadi meningkat (efek rumah kaca). Perubahan iklim sebenarnya akan terus menerus terjadi, tetapi karena aktivitas-aktivitas manusia di atas yang banyak menyumbangkan emisi karbon dapat mempercepat terjadinya perubahan iklim. Seperti halnya dengan sampah plastik yang akan terus bertambah setiap harinya jika masih banyak orang yang menggunakan plastik.
Memang, kita tidak bisa sepenuhnya menghindari perubahan iklim dan 100% tidak memakai plastik dalam kehidupan sehari-hari karena manusia juga membutuhkan itu dalam kegiatan ekonomi (pemenuhan kebutuhan). Tetapi, kita bisa mengurangi dampak/ memperlambat terjadinya perubahan iklim dan mengurangi sampah plastik demi menjaga keselamatan bumi dan keberlangsungan hidup manusia.
Banyak hal-hal yang bisa dilakukan oleh manusia, khususnya generasi muda dalam mencegah terjadinya perubahan iklim ekstrim yang berkelanjutan. Mengapa generasi muda? Karena generasi muda merupakan aktor dan faktor terbesar dalam pembangunan peradaban dunia, apalagi di era digital seperti saat ini dimana pengguna terbesar teknologi berasal dari kalangan muda. Hal penting yang dapat dilakukan ialah dengan mengimplementasikan dan menghidupkan nilai-nilai konservasi. Berikut berbagai cara/langkah yang bisa dilakukan, antara lain;
Menjadikan diri sebagai konservasi influencer yang bisa menyadarkan semua orang tentang pentingnya konservasi, serta mengajak masyarakat untuk lebih peduli akan kelestarian alam dengan cara mendukung gerakan konservasi dan mengkampanyekan kegiatan tersebut dengan semenarik mungkin di media sosial dengan menggunakan tagar/hastag, karena dizaman sekarang orang akan lebih antusias dalam mendukung dan melakukan jika hal itu viral di media sosial. Saat ini, sebenarnya sudah banyak gerakan konservasi seperti Global Earth Hour (Jam Bumi) yang merupakan gerakan global konservasi yang diinisiasi oleh organisasi konservasi independen terbesar, World Wide Fund for Nature (WWF), Penggunaan produk-produk konservasi seperti Aluminium Straw yang reusable sebagai pengganti sedotan plastik, eco-bag, botol minum dan plastik berbayar di berbagai minimarket/supermarket, efisiensi energi dengan 6R (Reduce, Reuse, Recycle, Repair, Refuse, Rethink), dan penerapan konsep smartcity/smart environment yaitu perluasan Ruang Terbuka Hijau dalam pembangunan kota yang ramah lingkungan, penerapan nilai konservasi di dalam dunia pendidikan seperti yang dilakukan Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang memasukkan nilai-nilai konservasi ke dalam visi misinya yang diterapkan dalam program-programnya yang konservatif contohnya Nirkertas, penanaman pohon bersama setiap tahun, mengadakan pembelajaran/mata kuliah konservasi dan workshop konservasi secara rutin. Juga ada gerakan penyadaran penyelamatan bumi dengan lagu, contohnya lagu berjudul ‘Earth’ yang dibawakan oleh beberapa penyanyi dunia.
Satu lagi, jika dilihat dari penyebab Perubahan Iklim yang menjadi faktor utama dan terbesarnya ialah kegiatan ekonomi. Seharusnya ini bisa menjadi motivasi bagi Mahasiswa Fakultas Ekonomi yang kesehariannya belajar mengenai cara pemenuhan kebutuhan/kegiatan ekonomi, dalam menciptakan sebuah inovasi baru sistem pemenuhan kebutuhan(kegiatan ekonomi) yang lebih efisien, efektif, dan ramah lingkungan melalui riset dan penelitian, contohnya dalam hal pembangunan industri yang sebisa mungkin tidak merusak hutan dan pencemaran udara karena asap pembuangan, membuat inovasi produk-produk konservasi dengan harga terjangkau sehingga masyarakat bisa sedikit demi sedikit meninggalkan plastik, bukan hanya memikirkan sebuah keuntungan tetapi juga dampak baik bagi lingkungan demi menciptakan ekonomi Indonesia yang konservatif dan beradab.
Tentu gerakan-gerakan konservasi ini harus didukung dan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh umat manusia di dunia, karena dari pengertiannya sendiri, konservasi berarti memelihara bersama, untuk itu konservasi tidak bisa dilakukan oleh hanya saya, kamu, atau mereka saja, tetapi harus dilakukan oleh kita semua. Dengan menjunjung nilai konservasi berarti kita ikut berpartisipasi dan berkontribusi dalam menjaga dan mengurangi kerusakan di bumi ini. Karena jika sudah rusak, bukan hanya saya atau kamu atau mereka yang merasakan akibatnya tetapi kita semua. Mari Mencintai Bumi, Mari Pedulikan Bumi karena bumi adalah planet kita, bumi adalah rumah kita!!!
Muhammad Hanif
Kader Konservasi UNNES