Bagaimana Pandangan Budaya Dan Filosofisnya Di Mata Milenial?

Universitas Negeri Semarang > FEB UNNES > Gagasan > Bagaimana Pandangan Budaya Dan Filosofisnya Di Mata Milenial?

Masalah dasar dari pemahaman kebudayaan adalah tidak ada kesepakatan di kalangan pakar mengenai konsep kebudayaan. Hingga kini banyak perdebatan mengenai konsep kebudayaan belum menemukan titik akhir dan kian bervariasi. Istilah kebudayaan di Indonesia pula menjadi perdebatan berawal dari serapan bahasa yang digunakan. Namun, budaya diyakini mengacu pada bahasa sanskerta “abhudaya” yang sudah dipertanggungjawabkan oleh beberapa antropolog. Budaya diyakini sebagai keseluruhan pola-pola tingkah laku dan tingkah laku berpola yang diperoleh dan diturunkan melalui simbol, yang akhirnya dapat membentuk sesuatu yang khas dari kelompok manusia. Ada beberapa wujud kebudayaan yaitu sistem budaya yang mencakup nilai, gagasan dan norma, sistem sosial yang terdiri dari kompleks aktivitas dan tindakan berpola, serta artefak atau kebudayaan fisik (kesenian). Pada pembedaan tersebut, tentu pengertian budaya tidak dapat kita sempitkan pada satu objek saja.

Bagaimana pandangan generasi milenial tentang budaya dan filosofisnya? Tidak dapat dihindari bahwa kebudayaan memiliki sifat sangat dinamis, artinya kebudayaan akan terus mengalami perubahan dari zaman ke zaman. Dinamika kebudayaan dapat melaju ke arah lebih baik atau bisa juga mengalami kemunduruan. Generasi sekarang kesulitan dalam membedakan kebudayaan asli Indonesia dan cenderung merubah budaya yang ada. Secara garis besar, perubahan budaya disebabkan faktor internal dan eksternal. Faktor internal dapat berupa penemuan baru oleh individua tau kelompok di lingkungan masyarakat. Sedangkan faktor eksternal dapat berupa penyerapan unsur budaya lain (asing) ke dalam budaya Indonesia melalui proses difusi kebudayaan.

Bisa diduga penyebab generasi milenial merubah pandangan tentang budaya disebabkan karena faktor eksternal. Hal ini tentu menjadi bimbang, satu sisi kita sudah masuk ke dalam era globalisasi dimana tidak mampu menutup kemungkinan adanya kontak antarbudaya. Dan di sisi lain, kita harus berusaha mempertahankan keaslian budaya yang ada, entah budaya sikap, tindakan, atau kesenian fisik. Secara teoritik tidak dapat dipungkiri berkaitan dengan proses akulturasi, memang lebih banyak unsur kebudayaan asing yang mudah diterima dengan logika oleh generasi milenial. Kemajuan zaman dan kecanggihan teknologi membuat generasi milenial susah menerima sebuah budaya yang tidak masuk di akal. Lalu, dengan kenyataan seperti ini, bagaimana kita mampu meneruskan pandangan budaya Indonesia kepada milenial?

Leave a Reply

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: